Abstrak RSS

Taman Kota Sebagai Rosot Karbon Di Kawasan Perkotaan (Studi Kasus Kota Bandung)

Taman Kota Sebagai Rosot Karbon Di Kawasan Perkotaan (Studi Kasus Kota Bandung)
Cevi Afrian
Unpad
Indonesia
Unpad
, , ,

Salah satu isu efek negatif akibat adanya kegiatan manusia adalah emisi karbon. Peningkatan emisi karbon dapat menyebabkan efek rumah kaca. Karbon merupakan unsur yang dapat perputaran atau siklus. Tumbuhan memiliki kemampuan untuk merubah senyawa karbon menjadi senyawa lain, seperti biomasa. Kawasan perkotaan merupakan pusat kegiatan manusia dan menjadi daerah dengan penyumbang emisi karbon tertinggi. Kawasan di perkotaan yang memiliki vegetasi untuk menyerap emisi adalah taman kota. Dilakukan penelitian mengenai besaran nilai rosot karbon di 7 taman kota di Kota Bandung dengan menggunakan metode RACSA (Rapid Carbon Stock Assesment) pada komponen tanah, tegakan, seresah (nekromasa) dan akar. Berdasarkan hasil pengamatan didapat hasil yaitu Taman Maluku memiliki potensi dalam menyerap karbon dengan nilai rosot karbon rata-rata sebesar 84,13 MgC/Ha, sedangkan Taman Tegallega menjadi taman dengan potensi terendah dengan nilai rosot karbon ratarata sebesar 15,96 MgC/Ha. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan tujuan pembangunan taman kota dapat mempengaruhi terhadap besaran karbon yang tersimpan di dalam taman kota tersebut, adapun yang menjadi faktor lain yang menjadi pembeda besarnya nilai rosot karbon adalah umur tanaman, komposisi taman, diameter rata-rata pohon dan jenis tanaman penyusun taman .

An issue due to the negative effects of human activities is carbon emissions. Increased carbon emissions could cause the greenhouse effect. Carbon is an element that can cycle or cycles. Plants have the ability to transform carbon compounds into other compounds, such as biomass. Urban area is the center of human activity, and become the region with the highest carbon emitters. Urban region with vegetation to absorb emissions is a city park. Research on the amount of the value of carbon sinks in the seven parks in the city of Bandung using RACSA (Rapid Carbon Stock Assessment) on soil components, stands, litter (necromass) and roots. Based on the observation that the results obtained Maluku park has the potential to absorb carbon with carbon sinks worth an average of 84.13 MgC / ha, while the State Tegallega into the garden with the lowest potential value of carbon sinks an average of 15.96 MgC / Ha . Government policy in the management and development goals of the city park can affect the amount of carbon stored in the city park, while the other factors that made the difference is the value of carbon sinks age of the plant, the composition of the park, the average diameter of trees and plants.

Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id