Abstrak RSS

Pengelolaan Limbah Ternak Pada Kawasan Budidaya Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Majalengka

Pengelolaan Limbah Ternak Pada Kawasan Budidaya Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Majalengka
Asep Setiawan, Tb. Benito, A.K, dan Yuli, A. H.
Jurnal Ilmu Ternak
Indonesia
Asep Setiawan, Tb. Benito, A.K, dan Yuli, A. H., Jurnal Ilmu Ternak
, , , , ,

Salah satu jenis usaha pada sub sektor peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah peternakan sapi potong. Sapi potong ditetapkan sebagai komoditas unggulan sub sektor peternakan di Kabupaten Majalengka. Kecamatan Kertajati, Kecamatan Lemahsugih dan Kecamatan Majalengka merupakan wilayah unggulan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Majalengka dimana ternak sapi potong banyak dipelihara. Usaha ternak sapi potong menghasilkan limbah yang relatif banyak dan berpotensi menjadi sumber pencemaran. Limbah ternak yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah pada lingkungan berupa pencemaran udara, tanah dan air serta menjadi sumber penyebaran penyakit baik bagi ternak maupun manusia. Namun, jika dikelola dengan baik limbah ternak dapat memberikan keuntungan baik bagi peternak maupun masyarakat di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pengelolaan limbah ternak sapi potong saat ini serta faktor-faktor yang mendorong dan menghambat dalam pengelolaan limbah ternak sapi potong. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode campuran antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mendorong dan menghambat peternak sapi potong dalam melakukan pengelolaan limbah ternak, yaitu faktor karakteristik peternak, faktor karakteristik inovasi pengelolaan limbah ternak,dan faktor kondisi lingkungan. Adapun pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran status pengelolaan limbah ternak sapi potong yang dilakukan saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak sapi potong telah melaksanakan pengelolaan limbah ternak dengan pemanfaatan yang paling banyak adalah sebagai pupuk organik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap status pengelolaan limbah ternak sapi potong adalah faktor kondisi lingkungan yaitu sebesar 21,2% kemudian variabel karakteristik inovasi pengelolaan limbah ternak sebesar 9,9% sedangkan pengaruh faktor karakteristik peternak hanya 7,0% dan tidak signifikan.

One type of business in the livestock sub sector has the potential to be developed is a beef cattle farm. Beef cattle designated as superior farm commodity sub sector in Majalengka Regency. Kertajati Subdistrict, Lemahsugih Subdistrict and Majalengka Subdistrict are leading region in farming cattle in Majalengka Regency where many cattle bred. Beef cattle farming produced relatively large amount of waste and potentially a source of pollution. Livestock waste if not managed properly will cause problems in the environment such as pollution of air, soil and water as well as the source of the disease for both livestock and humans. However, if properly managed livestock waste can be beneficial both for the farmer and surrounding community. The objective of this study was to identify the status of cattle waste management today and the factors that drive and inhibit the beef cattle waste management. This study used mixed methods approach between quantitative and qualitative approaches. Quantitative approach is used to examine the factors that drive and inhibit the beef cattle farmers in managing livestock waste, which is farmer characteristic factors, innovation characteristic factors of livestock waste management, and environmental factors. The qualitative approach is used to obtain the status of cattle waste management is done at this time. The results showed that beef cattle farmers have implemented the livestock waste management and the most used of livestock waste is as an organic fertilizer. The factors that most affect the status of cattle waste management are environmental factors that is equal to 21.2% and then the innovation characteristic factors of livestock waste management by 9.9% while the farmer characteristics influence of only 7.0% and insignificant.

Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id