Abstrak RSS

Kajian Psikolinguistik Pada Tataran Sintaksis Dalam Basantara Belanda-Indonesia

Kajian Psikolinguistik Pada Tataran Sintaksis Dalam Basantara Belanda-Indonesia
Sugeng Riyanto
Unpad, LITERA Vo. 11 No. 2 Oktober 2012
Indonesia
Unpad, LITERA Vo. 11 No. 2 Oktober 2012
, , , , , , ,

Penelitian ini membahas basantara (interlanguage) Belanda-Indonesia yang dikaji dari bidang psikol.inguistik pada tataran sintaksis. Kalimat basantara yang dituturkan oleh tiga puluh mahasiswa dari berbagai tingkat kemampuan berbahasa dianalisis untuk menguji prakiraan teori keterprosesan Pienemann (2005a, 2005b, 2005c, dan 2007). Penelitian ini membuktikan kesahihan teori keterprosesan. Pelajar bahasa Belanda yang menguasai kalimat dengan tingkat pemrosesan yang tersulit juga menguasai kalimat dengan tingkat pemrosesan yang lebih mudah. Hasil pada pelajar dengan kemampuan tinggi mendukung teori keterprosesan secara lebih tegas daripada hasil pada pelajar dengan kemampuan lebih rendah. Pelajar berpedoman pada makna jika dia tidak yakin pada kemampuan gramatikalnya. Basantara terbentuk karena tuntutan pada pelajar untuk dalam waktu singkat menuturkan konsep dan gagasan yang ada dalam benaknya, tetapi sarana pendukungnya masih terbatas, sementara dia sudah menguasai bahasa pertama dan mungkin juga bahasa lain.

This study discusses the Dutch-Indonesian interlanguage using psycholinguistics in the syntactic level. The sentences in the interlanguage are expressed by thirty students with different language proficiency levels and are analyzed to test the prediction of Pienemann’s processability theory (2005a, 2005b, 2005c, dan 2007). This study proves the validity of the processability theory. The Dutch learners mastering sentences with the most difficult level of processability also master sentences with easier levels of processability. The results from the learners with the high proficiency support the processability theory more firmly than those from the learners with the lower proficiency. Learners rely on meaning when they are not sure of their grammatical competence. Interlanguage is formed because of the demand on the learners that in a short time they have to express concepts and ideas in their minds but the facilitating divices are still limited, while they have already mastered the first language and possibly other languages.

Download: .pdf