Abstrak RSS

Mengenali Budaya Jerman melalui Ketegasan Konstruksi Kalimatnya (SIN)

Mengenali Budaya Jerman melalui Ketegasan Konstruksi Kalimatnya (SIN)
Dian Indira
Unpad
Indonesia
Unpad
, , , ,

Semboyan “bahasa menunjukkan bangsa” memiliki makna bahwa pada prinsipnya bahwa bahasa yang digunakan oleh satu kelompok masyarakat membedakan kelompoknya dengan kelompok masyarakat lainnya. Melaui bahasa terungkap tata nilai serta perilaku budaya pemilik bahasa, yaitu Sprache ist Macht – Aber auch Kultur und Identität ‘bahasa adalah kekuasaan – tetapi juga budaya dan identitas'(deutsche Welle). Tulisan ini memaparkan bagaimana konstruksi kalimat bahasa Jerman, adakah korelasi dengan tatanan nilai yang berlaku di dalam masyarakatnya. Bahasa Jerman merupakan kelompok bahasa berfleksi yaitu terjadinya perubahan-perubahan kata yang secara tipologi memperlihatkan perubahan fungsi gramatikal, Dibandingkan bahasa Indo Eropa lainnya, fleksi di dalam bahasa Jerman berperan sangat penting yang mencakup perubahan verba (konjugasi); nomina, adjektiva, artikel, dan pronominal (deklinasi), adjektiva dan sebagian adverbial (komparatif). Di antara ketiga bentuk fleksi tersebut, untuk pembelajar bahasa Jerman konjugasi termasuk sulit karena tidak saja berkaitan dengan makna gramatikal tetapi juga makna pragmatik. Kalimat bahasa Jerman memiliki relalsi sintagmatis yang ketat antarkonstituen (die Kongruenzrelation) dan relasi dependensi (die Dependenzrelation) dengan verba sebagai pusatnya. Verba mempunyai kemampuan mengikat unsur-unsur kebahasaan serupa dengan model atom dalam kimia bahwa satu unsur kimia mampu mengikat satu atau lebih unsur kimia lainnya. Kalimat bahasa Jerman selalu menuntut kehadiran unsur verba dan verba tersebut akan menentukan kontituen secara kualitatif dan kuantitatif. *”Es w?lkig.” (berawan/adjektiva) tidak berterima, baik secara sintaksis maupun semantis, seharusnya kalimat berbunyi :”es ist w?lkig.” (‘Hari berawan.’). Verba dalam BJ tidak saja menetukan jumlah konstituen yang harus muncul (kuantitatif) tetapi juga kualitasnya (kasusnya). Bandingkan dengan konstruksi kalimat di dalam bahasa Indonesia dikenal konstruksi kalimat : “Dia guru.” Dalam penelitian terhadap mahasiswa Program Studi Bahasa Jerman Unpad semester IV yang mengikuti mata kuliah Korespondez, dikaji bagaimana konstruksi kalimat dalam karangan yang bersangkutan. Kesalahan yang dikumpulkan mencakup kesalahan antarkonstituen dan perilaku verba mengikat konstituen di sekitarnya. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa meskipun peran verba di dalam bahasa Jerman sangat penting, responden masih kurang mencermati pentingnya peran tersebut sehingga masih banyak ditemukan konstruksi kalimat tanpa verba. Selain itu, masih banyak kesalahan karena kurang cermat dalam memperhatikan hubungan konstituen secara sintagmatis.

Download: .PDF