Abstrak RSS

Tata Laksana Sindroma Ovarium Polikistik Pada Fertilisasi In Vitro

Tata Laksana Sindroma Ovarium Polikistik Pada Fertilisasi In Vitro
Wiryawan Permadi, Tono Djuwantono, Indra N.C Anwar, M. Sjarief D
Universitas Padjadjaran, Fertilisasi In Vitro Dalam Praktek Klinik Puspa Swara
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Fertilisasi In Vitro Dalam Praktek Klinik Puspa Swara
,

Sindroma ovarium polikisti (SOPK) merupakan kelainan endokrin yang terbanyak pada usia reproduksi. Pada tahun 1990 diagnosis SOPK hampir sepenuhnya secara klinis, dan memerlukan adanya haid yang ireguler dan hiperandrogenisme yang bukan disebabkan oleh etiologi lain. Pada tahun pertemuan di National Institute of Health, yang perlu ditambahkan adalah adanya morfologi ovarium potikistik. Menurut konsensus pertemuan “European Society of Human Reproduction and Embryology/ American Society for Reproduction and Embryology/ American Society for Reproductive Medicine (ESHRE/ASRM)” di Rotterdam pada Mei 2003, Polycystic ovary syndrome (SOPK) atau Sindroma ovarium polikisti (SOPK) adalah sindroma yang memenuhi dua dari kriteria sebagai berikut (1) oligo dan atau anovulasi, (2) hiperandrogenisme (klinisdan atau biokimia (3) ovarium polikistik dengan menyingkirkan etiologi lain. Selanjutnya diagnosis SOPK direvisi kembali ( Balen tahun 2003), termasuk minimal satu dari keadaan berikut : terdapat 12 folikel atau lebih dengan diameter berukuran 2 9 mm atau volume ovarium meningkat (> 10 cm3). Jika terdapat folikel > 10 mm maka harus dilakukan ultrasonografi ulang untuk menghitung volume Ovarium Distribusi folikel dan gambaran stroma tidak diperlukan untuk diagnosis. Namun masih ada celah untuk memperbaiki kriteria Rotterdam yang menggiring arah misinterpretasi atau under- dan overestimasi gejala, seperti menyingkirkan keadaan hiperandrogen lain.

Download: .PDF