Abstrak RSS

Inklusivitas Penegakan Hukum Lingkungan Melalui tanggung Jawab Mutlak : Suatu Tinjauan Terhadap Gugatan Kebakaran Hutan Di Indonesia

Inklusivitas Penegakan Hukum Lingkungan Melalui tanggung Jawab Mutlak : Suatu Tinjauan Terhadap Gugatan Kebakaran Hutan Di Indonesia
Anita Afriana, Efa Laela Fakhriah
Universitas Padjadjaran, ADHAPER Jurnal Hukum Acara Perdata Vol. 2, No. 2, Juli – Desember 2016, ISSN 2442-9090
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, ADHAPER Jurnal Hukum Acara Perdata Vol. 2, No. 2, Juli – Desember 2016, ISSN 2442-9090
, ,

Satu dasawarsa terakhir, kebakaran hutan seolah menjadi agenda tahunan. Kebakaran hutan marak terjadi di Indonesia, khususnya pada wilayah Sumatera dan Kalimantan. Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan kerap menjadi hal yang paling sering dilakukan oleh perorangan atau korporasi. Banyak dampak yang timbul akibat terbakarnya hutan, tidak saja tercemarnya lingkungan, namun juga dampak bagi kesehatan dan keselamatan transportasi. Hingga saat ini baru satu kasus pembakaran hutan yang divonis dengan hukuman denda besar yaitu perkara No. 651K/Pdt/2015, sedangkan putusan yang cukup kontroversi adalah putusan PN Palembang dalam gugatan KLHK RI vs PT BMH, dengan diktum putusan Tergugat tidak terbukti bersalah dilihat dari Pasal 1365 KUHPerdata. Melalui metode yuridis normatif, artikel ini mengulas pertimbangan hukum beberapa putusan hakim dalam perkara kebakaran hutan dan tanggung jawab mutlak yang dapat dibebankan pada Tergugat. Bahwa penegakan hukum dilakukan hakim melalui putusan sebagai produk pengadilan. Pertanggungjawaban mutlak merupakan suatu pengecualian sebagaimana yang diatur Pasal 1365 KUHPerdata. Karena berbeda dari pertanggungjawaban perdata dalam KUHPerdata, maka penerapannya bersifat inklusivitas antara lain dalam hal pencemaran lingkungan. Dalam memutus perkara pencemaran lingkungan seyogyanya hakim mempertimbangkan doktrin perdata dibidang lingkungan yaitu berdasarkan kesalahan tanpa pembuktian (liability without fault). Hakim pun dapat melakukan interprestasi sebagaimana dalam putusan No. 651K/Pdt/2015, mengingat UU No. 32 Tahun 2009 tidak secara spesifik menyebutkan kebakaran hutan sebagai kegiatan yang menimbulkan ancaman serius.

Download: .Full Papers