Abstrak RSS

Dampak Sosial Ekonomi Epidemi Penyakit Mulut Dan Kuku Terhadap Pembangunan Peternakan Di Indonesia

Dampak Sosial Ekonomi Epidemi Penyakit Mulut Dan Kuku Terhadap Pembangunan Peternakan Di Indonesia
Rochadi Tawaf
Universitas Padjadjaran, Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Bandar Lampung, 19-20 Oktober 2016, ISBN 978-602-6454-16-9
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Bandar Lampung, 19-20 Oktober 2016, ISBN 978-602-6454-16-9
, , , , ,

Kebijakan pemerintah memasukan daging kerbau dari India sebagai negara yang belum bebas PMK ke Indonesia sebagai negara yang bebas PMK, beresiko terhadap kemungkinan berjangkitnya PMK. Hal ini disebabkan kondisi peternakan sapi di dalam negeri masih dikelola oleh peternakan rakyat yang subsisten dan tradisional. Usaha Peternakan Rakyat ini berada di perdesaan; terkendala teknologi; ternak sebagai „rojo koyo?; menjual ternak berdasarkan keperluannya (orientasi sosial); tidak berorientasi ekonomi; tidak berbasis lahan usaha (flying herd); skala kecil; sumber pupuk, sumber tabungan, Sumber Tenaga Kerja; status sosial; ternak sebagai keperluan adat budaya dan keagamaan. Dampak sosial dan ekonomis yang mungkin muncul atas kebijakan ini dilakukan analisis dengan metode desk studi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa : ancaman terhadap peluang terjadinya PMK bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara spesifik bahwa ancaman penyakit PMK adalah sebagai berikut : (1) Hambatan utama adalah sulitnya mencapai target angka pertumbuhan populasi ternak apabila terjadi wabah dan prevalensi PMK yang persisten. (2) Pada ternak dewasa umumnya akan meningkatkan risiko abortus dadakan di antara ternak-ternak bunting dan kematian anak sapi. (3) Kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh penurunan produksi ternak (susu daging)serta penurunan produktivitas tenaga kerja, dan (4) Secara ekonomi, PMK menciptakan “externalities” dan keterperangkapan pangan.

The government’s policy of imported buffalo meat from India as a country which has not been free of FMD into Indonesia as a country free of FMD, risking the possibility of an outbreak of FMD. This is due to the condition of cattle farms still managed by subsistence and traditional. Livestock bussiness are located in rural areas; constrained by technology; livestock as social orientation; not oriented economy; no land-based businesses (flying herd); small scale; a source of fertilizer, a source of savings, source of labor; social status; livestock as cultural customs and religious purposes. Desk analysis of studies done to see the impact of this policy. The results of this study show that: the threat to the chances of FMD can be directly or indirectly. Specifically that the threat of FMD disease are as follows: (1) The main obstacle is the difficulty of achieving a target rate of growth of the livestock population in the event of an outbreak and prevalence of FMD persistent. (2) In adult cattle will generally increase the risk of an impromptu abortion among pregnant cattle and calf mortality. (3) The economic losses due to the decrease in livestock production (milk and meat) and decreased employee productivity, and (4) Economically, FMD create “externalities” and food trap.

Download: .Full Papers