Abstrak RSS

Keterlambatan Bicara pada Anak dengan Variasinya

Keterlambatan Bicara pada Anak dengan Variasinya
Dr., Wijana., dr., Sp THT-KL(K)
Universitas Padjadjaran, UPT Unhas Press, Prosiding off the 11th scientific otology meeting, 11-13 Agustus 2017, ISBN 978-979-530-151-5
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, UPT Unhas Press, Prosiding off the 11th scientific otology meeting, 11-13 Agustus 2017, ISBN 978-979-530-151-5

Bicara merupakan bagian dan bahasa, bicara adalah bahasa ekspresi verbal, dihasilkan oleh kerjasama dan koordinasi antara otot respirasi, laring, velofaringeal, bibir, lidah dan persarafannya. Pada prinsipnya bicara adalah meniru apa yang didengar, proses bicara berawal dari mendengar, suara dari lawan bicara atau dari alam akan masuk ke sistem pendengaran melalui lubang telinga, kemudian dihantarkan ke batang otak menuju pusat pendengaran di korteks. Dari pusat pendengaran, suara tersebut dihantarkan ke area persepsi bergabung dengan informasi dari pusat penglihatan, pusat penciuman, pusat rasa dan memori yang sudah ada untuk diberi arti/persepsi. Setelah terbentuk persepsi, bila responnya berupa verbal, akan dihantarkan stimulus ke pusat motorik yang terlibat dalam pembentukan kata (bicara). Sehingga berdasarkan hal tersebut, untuk dapat bicara atau berespon verbal secara baik, diperlukan perkembangan bahasa reseptif yang baik, dan untuk dapat menghasilkan bahasa reseptif yang baik, salah satunya diperlukan pendengaran yang baik. Anak dengan gangguan bicara dapat terjadi karena beberapa kondisi, seperti penurunan pendengaran, retardasi mental, autistic disorder, abnormalitas organik (celah bibir dan langit- langit), abnormalitas muskular (aphraksia, cerebral palsy), mutisme elektif dan gangguan jiwa schizophrenia. Kelairsan tersebut dapat ditegakkan dengan beberapa pemeriksaan. Penurunan pendengaran dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pendengaran yang disesuaikan dengan usia anak, retardasi mental ditegakkan dengan tes intelegensia standard, autistik disorder ditegakkan dengan pemeriksaan non linguistic area, abnormalitas organik ditegakkan dengan pemeriksaan fisik, mutisme dan schiziphrenia ditegakkan dengan pemeriksaan psikologis/kejiwaan.

Download: .Full Papers