Abstrak RSS

Analisis Bio-ekonomi-lingkungan Perikanan Tangkap Di Waduk Cirata

Analisis Bio-ekonomi-lingkungan Perikanan Tangkap Di Waduk Cirata
Dr. Zuzy Anna, M.Si, Ir. Ine Maulina, Mt , Dr. Achmad Rizal, S.Pi.,M.Si
Universitas Padjadjaran, Laporan Akhir Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun 2017
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Laporan Akhir Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun 2017
, , , , , ,

Perikanan tangkap di Waduk Cirata memiliki potensi untuk dapat dikembangkan dan menjadi sumber ekonomi serta ketahanan pangan masyarakat sekitarnya. Namun demikian sampai saat ini perikanan tangkap di Waduk Cirata belum memberikan kontribusi yang signifikan pada pembangunan ekonomi wilayah. Pada tahap ke dua penelitian ini, akan melanjutkan analisis kinerja dari perikanan tangkap Waduk Cirata yang dilakukan melalui analisis bio-ekonomi standard serta analisis terhadap pengaruh interaksi antara perikanan tangkap dengan kondisi lingkungan yang sudah mulai terdegradasi dengan memasukkan variabel kualitas lingkungan perairan. Pada tahun kedua ini akan dianalisis seberapa besar pengaruh dari upaya penangkapan beserta kualitas air terhadap produksi ikan dalam satuan produktivitas (CPUE) serta besaran deplesi dilihat dari kondisi lingkungan perairan. Analisis akan menggunakan model bio-ekonomi Model Logistik dan Fox yang disertai dengan analisis estimasi parameter biologi menggunakan model CYP dan Fox.Dengan demikian model estimasi parameter Fox dan CYP, is sugested to be applied in Cirata’s fish stock assessment. Hasil analisis dengan menggunakan kedua model ini menunjukkan hasil parameter biologi antara 0,18-0,12; K diantara 815 ton tdan 4.144 ton dan q diantara 0,000016 sampai 0,000008, nilai yang relatif logis jika melihat dari kondisi produksi aktual. Analisis kesejahteraan mengunakan analisis model bioekonomi Copes untuk mengetahui regim pengelolaan sumberdaya perikanan di waduk Cirata, mengetahui analisis kesejahteraan melalui surplus produsen, surplus konsumen dan surplus pemerintah berupa keuntungan. Analisis optimisasi baik pada model Fox, CYP dan Analisis bioekonomi kesejahteraan Copes memperlihatkan bahwa instrumen pengelolaan yang menghasilkan kondisi paling efisien adalah Maximum Economic Yield (MEY). Rezim pengelolaan ini menunjukkan nilai biomass yang tertinggi, dengan effort yang relatif paling konservatif, namun menghasilkan rente yang tinggi, walaupun tidak setinggi pengelolaan secara dinamik. penerapan pada rezim pengelolaan perikanan terkendali (MEY) meningkatkan rata-rata harga ikan per kg menjadi Rp. 13.929,- maka akan diperoleh surplus pemerintah Rp. 217.891.345,-. Dan surplus produsensebesar Rp. 2.610.203.099,-per kuartal yang artinya berarti ratarata per armada atau per alat tangkap sekitar Rp.914.651,-per kuartal. Selanjutnya, pada tahapan terakhir model interaksi antara pencemaraan air di waduk dengan melihat interaksi perikanan tangkap dan lingkungan perairan melalui perhitungan nilai produksi dalam satuan produktivitas (CPUE) yang dipengaruhi oleh upaya penangkapan dan beberapa parameter kualitas air secara fisik, kimia dan biologi. Beberapa lokasi di waduk untuk parameter kualitas DO, BOD, H2S, total N dibawah baku mutu kelas III PP 82 tahun 2001 dan yang paling berpengaruh terhadap penurunan produktivitas perikanan tangkap (CPUE) adalah Suhu dan BOD . Model Interaksi embedded Bio-ekonomi PencemaranPerikananmerupakan metode terbaru untuk mengetahui pengaruh interaksi pencemaraan dan perikanan di waduk cirata untuk mengetahui pengaruh pencemaraan terhadap parameter biologi ikan, rente dan unit rente dari aktivitas penangkapan ikan, surplus produsen, deplesi dan depresiasi sumberdaya ikan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pencemaran memberikan pengaruhterhadap sustainable yield perikanan di perairan Cirata. Dalam hal ini terjadi penurunan baiknilai parameter biologi seperti intrinsik growth dan carrying capacity perikanan, maupunkemampuan daya tangkapnya. Sejalan dengan penurunan nilai parameter biologi tersebut,pencemaran juga menurunkan kurva yield effort, sehingga sustainable yield terkoreksi menjadi lebih rendah secara signifikan. Penurunan diikuti dengan penurunan rente dan penurunan surplus produsen yang seharusnya dapat diperoleh dari perikanan tangkap. Selanjutnya psoducer surplus juga terkoreksi secara signifikan. Total kerugian akibat pencemaran rata-rata per tahun adalah sebesar 3.2 milyar rupiah. Dengan demikian, penelitian juga akan menghasilkan implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan di danau/waduk.Rekomendasi penelitian ini perlunya pengelolaan sumber daya perairan waduk dan perikanan yang lebih terintegrasi. Diperlukan adanya aturan yang lebih tegas mengenai pelarangan pembuangan limbah industri dan domestik ke sungai yang masuk ke perairan waduk,tata ruang di hulu yang mengedepankan konservasi hutan, dan pembatasan input perikanan baik untuk perikanan budidaya maupun perikanan tangkap melalui perhitungan kembali jumlah input dan output yang tepat, sesuai daya dukung lingkungan, dan juga mengikuti kaidah instrumen pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan optimal dengan rezim pengelolaan sustainable yield dan optimal yield (MEY).

Download: .Full Papers