Abstrak RSS

Uang Dan Ruang Perempuan Dalam Novel Sintren

Uang Dan Ruang Perempuan Dalam Novel Sintren
Dian Amaliasari
Unpad
Indonesia
Unpad
, ,

Bertolak dari apa yang diungkapkan oleh Virginia Woolf yang menawarkan pendapatnya tentang satu hal kecil yang ia anggap sebagai butiran mutiara kebenaran mengenai perempuan dan fiksi, “seorang perempuan harus mempunyai uang dan ruang bagi dirinya sendiri untuk menulis fiksi, dan itu membiarkan hal besar tentang sifat perempuan dan sifat fiksi tidak terpecahkan” (2000, 148). Dari pernyataan itu, ada hal yang sangat penting untuk digarisbawahi mengenai keberadaan perempuan di dunia umumnya, yaitu perempuan harus punya uang dan ruang untuk bisa melakukan sesuatu, berarti dengan begitu perempuan tidak bisa melakukan apa-apa jika tidak ada ‘dua syarat’ tersebut, uang dan ruang demi kemajuan dirinya agar setara dengan laki-laki. Sebagaimana isu keberadaan perempuan yang selalu berada pada kelas kedua, selalu inferior, seolah tak berarti apa-apa, menjadi sebuah permasalahan besar bagi para feminis. Sebagai akibat dari adanya ketidakadilan gender tersebut, maka para feminis berusaha keras untuk mendapatkan persamaan hak mereka dengan alki-laki (Moeliono,dkk., 1988:24 dalam Sugihastuti, 2002:18), yang kemudian disebut dengan feminisme. Memang feminisme ini lahir dan berkembang pada sekitar akhir 1960-an di Barat, namun pada akhirnya merambah pula ke Timur yang keberadaan adat kultural atas ‘pengekangan’ perempuannya cukup kuat. Dan akhirnya menjadi begitu ramai diperbincangkan sebagai tindakan protes akan adanya ketidakadilan gender tersebut.

Download: pdf