Abstrak RSS

Industri Indigo Di Kabupaten Cirebon

Industri Indigo Di Kabupaten Cirebon
Awaludin Nugraha, Kunto Sofianto, R.M. Mulyadi
Fak. Sastra Unpad
Indonesia
Unpad
, , , , , , , ,

Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasi industri bahan pewarna alam yang dikenal dengan indigo atau tarum di Kabupaten Cirebon pada tahun 1830 sampai 1870, yaitu ketika Sistem Tanam Paksa diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda memaksa penduduk pribumi di kabupaten tersebut untuk menjalankan industri indigo. Fokus penelitian ini diarahkan pada bagaimana beroperasinya industri tersebut di Kabupaten Cirebon dan sampai sejauh mana dampak yang ditimbulkannya. Untuk menjawab permasalahan tersebut dipergunakan metode sejarah, karena peristiwanya sudah terjadi sekitar 1,5 abad yang lalu. Dari penelitian ini bahwa industri indigo di Kabupaten Cirebon pada masa Sistem Tanam Paksa mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi Kerajaan Belanda dan sangat menyengsarakan bagi petani di kabupaten tersebut. Industri ini juga memberi keuntungan bagi para pejabat local pribumi dan sikep-sikep kaya di kabupaten tersebut, sehingga menimbulkan diferensi ekonomi yang semakin tajam antara pejabat local pribumi dan sikep-sikep kaya dengan petani. Dengan demikian, maka Kabupaten Cirebon telah dijadikan sebagai daerah satelit untuk mencari keuntungan ekonomi oleh Kerajaan Belanda yang bertindak sebagai negara metropolis dan pemilik modal, yang dalam hal ini modalnya berupa kekuasaan bukan materi.

The objective of this research is to reconstruct the dyestuff industri known as indigo or tarum, in Cirebon regency in 1830-1870, namely in the period of Compulsary Cultivation System. At that period, the Netherlands Indies government foced indigenous people in that regency to operate the indigo industry. Focus of this research was directed to know how the process in that industry in Cirebon regency went on and how far it inflicted towards social-economic life in Cirebon regency. The method used in this research is historical method. This research shows that the indigo industry in Cirebon regency in the period of compulsary Cultivation System wreaked major benefit to the Netherlands on one hand and on the other hand it really impoverished the peasants in the regency. This industry on also gave benefit to the local indigenous government officials and the rich sikeps in that regency, therefore it effected more a wide-ranging of economic differentiation between the local indigenous government officials and the rich sikeps in one hand the peasants in the other hand. The Netherlands engineered Cirebon regency as satellite region to get economic benefit. The Netherlands acted as metropolis country and capitalist, in this case its capital was a power not a material.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : http://www.lppm.unpad.ac.id