Abstrak
Mencari Identitas Kerjasama Regional Asia Tenggara: Kendala Bagi Asean Free Trade Agreement (AFTA)
Dr. H. Obsatar Sinaga . SIP, M.Si
Unpad
Indonesia
Unpad
AFTA, asean, Asean Free Trade Agreement, Kerjasama Regional Asia Tenggara
SEBENARNYA, ASEAN Free Trade Area (AFTA) bukan merupakan berita baru dalam kajian hubungan internasional. Sorotan internasional sempat tertuju ke kawasan Asia Tenggara ketika AFTA diluncurkan sebagai program pasar raksasa dengan prinsip kebebasan pasar. Sedikitnya ada dua alasan yang menyebabkan perhatian dunia tertuju ke kawasan ini ketika rencana AFTA dicanangkan.
Pertama, rencana tersebut merupakan program kolektif dalam wadah ASEAN (Association of Southeast Asia Nations–Organisasi negara-negara Asia Tenggara) yang justru datang dari ajakan pemerintah Cina pada November 2001. Subjek Cina ini menjadi menarik bagi negara besar (greatpower) untuk diperhitungkan sebagai kekuatan tandingan dalam kanca perdagangan bebas di kawasan lain.
Kedua, jumlah penduduk kawasan yang akan dijadikan objek pasar bebas mencapai sekitar dua miliar jiwa. Populasi yang tinggi ini akan menjadi energi kinetis bagi kekuatan pasar raksasa yang dibentuk. Setidaknya, mekanisme pasar yang akan terjadi lebih banyak diwarnai oleh kondisi populasi dan distribusi barang dan jasa. Alasan yang disebutkan terakhir ini justru menimbulkan kecurigaan bahwa kekuatan pasar raksasa di Asia Tenggara ini akan menyingkirkan pihak luar yang sebenarnya juga meletakkan dasar distribusi produknya di Asia Tenggara. Apalagi, di dalamnya terdapat peran pemerintah Cina yang selama ini tidak pernah ikut terpengaruh oleh mekanisme pasar negaranegara Barat, kecuali hanya untuk kepentingan mempertahankan diri dari intervensi negara besar lainnya di Beijing.