Abstrak
Kalimat Pasif Bahasa Jepang: Kajian Sintaktis Dan Semantis
Dedi Sutedi
Unpad
Indonesia
Unpad
bahasa, Jepang, kalimat, pasif
Penelitian tentang kalimat pasif Bahasa Jepang (BJ) sudah banyak dilakukan, namun masih banyak masalah yang belum terungkap. Misalnya, adanya dua buah kalimat pasif yang memiliki konstruksi (fungsi dan kategori sintaksis) sama, tetapi yang satu berterima sementara yang lainnya tidak berterima. Hal ini terjadi karena dari subkategori sintaksis yang dapat mengisi subjek dan pelengkap kalimat BJ ada aturan tertentu yang belum jelas, di samping peran semantis setiap argumen dan tipe verba yang menjadi predikatnya juga mempengaruhi keberterimaan kalimat pasif BJ. Oleh karena itu, pemilahan jenis kalimat pasif yang ada selama ini belum mencukupi karena kajian masalah peran semantis hampir tidak pernah dikaitkan dengan kajian pasif. Penelitian ini mencoba untuk menata kembali tipe-tipe kalimat pasif BJ secara sintaktis dan semantis melalui analisis deskriptif berdasarkan data aktual yang digunakan dalam BJ modern dari berbagai sumber. Kajian sintaktis menyangkut struktur yang mencakup setiap fungsi dan kategori sintaksis yang membentuk struktur pasif BJ. Kajian semantis menyangkut masalah peran semantis setiap slot (argumen dan verba yang menjadi predikat). Hasil analisis data diketahui ada dua belas struktur kalimat pasif (struktur A~L) yang digunakan dalam BJ. Kedua belas struktur tadi dipilah lagi ke dalam delapan belas tipe (tipe I~XVIII) berdasarkan peran semantis dan makna verba yang menjadi predikatnya karena satu struktur digunakan oleh beberapa tipe. Struktur A digunakan dalam tipe I~VI, struktur G digunakan dalam tipe XII dan XIII, sedangkan yang lainnya masing-masing digunakan dalam satu tipe. Dalam penelitian ini, kalimat pasif BJ pertama dipilah berdasarkan asal subjeknyamenjadi pasif murni dan pasif takmurni. Pasif murni adalah kalimat pasif yang subjeknya berasal dari argumen kalimat aktifnya, sedangkan pasif takmurni adalah kalimat pasif yang subjeknya berasal dari luar argumen kalimat aktifnya. Pasif murni dibagi dua, yaitu (a)pasif yang berpredikat verba transitif dan (b) pasif yang berpredikat verba dwitransitif. Pasif murni transitif dipilah lagi ke dalam (i) pasif yang bersubjek nomina bernyawa (tipe I) dan (ii) pasif yang bersubjek nomina tidak bernyawa (tipe II~VIII). Pasif murni verba dwitransitif dipilah ke dalam (i) pasif yang bersubjek nomina bernyawa (tipe IX), (ii) pasif yang bersubjek nomina tidak bernyawa (tipe X), dan pasif yang bersubjek nomina (benyawa dan tidak) yang disebut pasif konten (tipe XI), sehingga pasif murni ini ada sebelas tipe. Ciri pasif tipe I adalah subjek dan pelengkapnya berupa nomina bernyawa, ciri tipe II harus diisi oleh verba yang menyatakan arti merusak (menguntungkan), ciri tipe IIIdiisi dengan verba yang menyatakan arti menaikkan nilai subjek (menguntungkan), ciri tipe IV pelakunya harus orang terkenal, ciri tipe V pelakunya harus disamarkan, ciri tipe VI pelengkapnya nomina tidak bernyawa, ciri tipe VII pelakunya diikuti partikel NI YOTTE, ciri tipe VIII pelakunya tidak dimunculkan, dan ciri tipe IX, X, dan XI memiliki tiga buah argumen. Pasif takmurni dibagi ke dalam (a) pasif yang berpredikat verba transitif (termasuk dwitransitif) yang dipilah ke dalam (i) pasif kepemilikan (tipe XII) dan (ii) pasif non kepemilikan (tipe XIII), dan (b) pasif yang berpredikat verba intransitif mencakup (i) pasif intrasitif (tipe XIV), (ii) pasif keberadaan (tipe XV), (iii) pasif gerak perpindahan (tipe XVI), (iv) pasif melewati (path) (tipe XVII), dan (v) pasif perubahan (tipe XVIII), sehinggadihasilkan tujuh tipe pasif takmurni. Ciri tipe XIV memiliki dua argumen, ciri tipe XV diisi oleh verba IRU (ada), ciri tipe XVI diisi oleh verba perpindahan seperti pergi, datang, pulang. Ciri tipe XVII diisi oleh verba yang menyatakan arti melewati (path) seperti wataru (menyebrangi), aruku (berjalan). Ciri tipe XVIII hanya diisi oleh verba NARU (menjadi).
Researchers have scrutinized Japanese passive structure, but many problems are still unsolved. For instance, there are two passive sentences with the same construction (syntactic function and category), but one is acceptable while the other one is unacceptable. This happens because there an unclear rule of syntactic sub-category that can occupy the complement of a Japanese sentence, in addition to role of individual arguments and types of verbs as predicates that have effects on the acceptability of a Japanese passive structure. Therefore, the present classification of passive sentence types has been insufficient as semantic analysis has barely been conducted in relation to passive structure analysis. This study attempts to reconstruct types of Japanese passive structure syntactically and semantically through a descriptive analysis based on actual data collected from various sources in modern Japanese language. The syntactic analysis deals with constructions or structures that include syntactic functions and categories which form Japanese passive constructions. The semantic analysis is related to semantic roles of every segment (argument and predicative verbs). This study revealed 12 types of Japanese passive construction (A – L structures), further classified eight teen types (I – XVIII) on the basis of semantic roles and verbal meaning as the predicate, as one structure is used in several types. Structure A is applied in I – VI types, structure G in XII – XIII types, and other structures in one type. In this study, the first Japanese passive sentences are classified on the basis of their subject origin into pure and impure passive structures. A pure passive is a passive sentence whose subject originates from the argument of its active sentence. Pure or original passive is divided into two parts, (a) passive with transitive verbal predicate and (b) passive with bi-transitive verbal predicate. Pure transitive passive structure is further categorized into (i) passive with animate subject and (ii) inanimate subject (types II – VIII). Pure bi-transitive verbal passive is classified into (i) passive with animate subject (type IX), (ii) passive with (a dead nominal) inanimate subject (type X), and passive with nominal subjects called content passive structure (type XI), resulting in eleven types of pure passive structures. Those types possess the following characteristics. Type I structure has a subject and complement, type II should be occupied by a verb which means destructive (beneficial), type III is filled by a verb that means increasing the value of subject, type IV should have a famous person as a subject, type V should have a disguised subject, type VI has a inanimate complement, particle NI YOTTE follows the subject of type VII, the subject of type VIII is concealed, and types IX, X, and XI have three arguments. Impure or unoriginal passive construction is divided into (a) passive structure transitive verbal predicate (including bi-transitive) classified into (i) possessive passive structure (type XII) and (ii) non-possessive passive structure (type XIII), and (b) a passive with intransitive verbal predicate includes (i) intransitive passive (type XIV), (ii) stative (being) passive (type XV), (iii) movement passive (type XVI), (iv) path passive (type XVII), and (v) modification passive (type XVIII), resulting seven types of impure passive structure. Type XIV is characterized by two arguments, type XV is filled up by verb IRU (to be), and type XVI has a movement verb like go, come, and return. Type XVII is characterized by a verb that means crossing (path) such as ‘wataru’ (to cross), ‘aruku’ (to walk). Type XVIII only has the verb NARU (to become).
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id