Abstrak
Komunikasi Antarbudaya Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
Teuku Yuliansyah
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
Budaya, Culture, DPD – RI, ethnicity, etnik, Konsep Diri, self-concept
Indonesia yang bersifat multikultural artinya bukan sekedar mengakui kemajemukan/ keanekaragaman suku bangsa atau budaya saja tapi juga menekankan pada kesetaraan atau kesederajatan antar kebudayaan tersebut. Adanya etnisitas harusnya dianggap suatu kekayaan hakiki bangsa yang bisa digunakan untuk membentuk jalinan relasi sosial, juga saling mengenal dan memperkaya budaya masing-masing. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pendapat dan mendapat gambaran bagaimana strategi Anggota DPD – RI dalam mengkonstruksi konsep diri dalam memaknai identitas etnik mereka berdasarkan daerah asal pemilihan, dalam konteks komunikasi antarbudaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivisme yang terfokus pada tradisi fenomenologi sosial Alfred Schutz, dikaitkan dengan pendekatan interaksi simbolik dan etnik sitasional Fredrik Barth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga (3) model konsep diri para informan dalam berinteraksi, yaitu : konservatif; adaptif; dan interaktif. Sedangkan dalam memaknai identitas etniknya, informan terbagi menjadi empat (4) kategori, yaitu : model identitas etnik regionalis; religius; nasionalis; dan integrasionis. Simpulan yang didapat ialah ruang lingkup informan tidak terbatas pada komunikasi sosial dan politik saja, tetapi berkaitan erat dengan komunikasi antarbudaya. Slogan “Bhineka Tungggal Ika”, menjadi simbol dalam memaknai identitas etnik para informan.
ethnicity should be considered an essential wealth of a nation that can be used to form the fabric of social relations, also know each other and enrich each other’s culture. The intent and purpose of this study was to explore the opinions and get an idea of how the strategy DPD – RI in constructing the self – concept of understanding of their ethnic identity by selecting regions of origin, in the context of intercultural communication. This study used a qualitative method with constructivism paradigm focused on the tradition of social phenomenology of Alfred Schutz, associated with the approach of symbolic interaction and ethnic sitasional Fredrik Barth. The results showed that there are three (3) self – concept model of informants in their interaction, namely: conservative; adaptive; and interactive. Whereas in defining ethnic identity, the informant is divided into four (4) categories, namely: a model regionalist ethnic identity; religious; nationalist; and integrationist. Conclusions obtained is the scope of the informant is not limited to social and political communication, but is closely related to intercultural communication. The slogan “Bhineka Tungggal Ika”, became a symbol of understanding of ethnic identity of informants.