Abstrak
Studi Deskriptif Mengenai Organizational Commitment Pada Pegawai Generasi Y Yang Bekerja Di Kantor Pusat Bank Jabar Banten (BJB)
Kania Nurul Aini
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
Continuance Commitment., Generasi Y, Normative Commitment, Organizational Commitment¸Affective Commitment
Terdapat tiga angkatan kerja yang aktif di dunia kerja saat ini. Angkatan kerja tersebut terdiri dari generasi Baby Boomers, Generasi X dan Generasi Y, setiap angkatan kerja mempunyai value dan attitude yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan oleh peristiwa yang terjadi selama hidup mereka. Generasi Y membawa karakteristik unik, dimana mereka menghabiskan seluruh hidupnya dalam lingkungan digital dan teknologi informasi yang tinggi, sehingga mereka mempunyai cara berpikir dan cara berkomunikasi berbeda. Salah satu mitos dan stereotype yang sering melekat adalah tidak loyal, ingin hal yang instan, egois dan manja. Banyak literatur mengatakan bahwa Generasi Y sering pindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Sebagai hasilnya, manajer mempunyai asumsi negatif mengenai pegawai generasi Y, atau dengan kata lain mitos dan stereotype mengenai generasi Y yang tidak bisa berkomitmen menjadi kuat. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai organizational commitment pegawai generasi Y yang bekerja di kantor pusat Bank Jabar Banten (BJB). Studi ini merupakan studi cross sectional, dimana rancangan penelitiannya adalah non experimental, dengan metode penelitian deskriptif. Data kuantitatif didapatkan dari 201 pegawai generasi Y yang bekerja di kantor pusat BJB yang minimal sudah bekerja 6 bulan. Responden dipilih menggunakan cluster sampling dari 953 pegawai. Alat pengukuran menggunakan kuesioner (likert-scale) yang disusun dengan mengacu kepada teori Organizational Commitment (Meyer dan Allen 1991, dalam Meyer dan Allen, 1997). Hasilnya memperlihatkan bahwa mayoritas pegawai generasi Y yang bekerja di BJB di dominasi oleh affective commitmemt, lalu diikuti oleh continuance commitment dan normative commitment. Dan keterikatan pegawai yang didominasi oleh affective commitment mempunyai keterikatan tinggi, sedangkan keterikatan pegawai yang didominasi oleh continuance commitment dan normative commitment sedang. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa pegawai generasi Y mempunyai kelekatan emosi dengan tempat mereka bekerja. Mereka senang dan menikmati bekerja di BJB. Dari data penunjang, affective mereka tinggi karena mereka mempunyai hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan, mereka juga peduli akan kemajuan BJB. Lingkungan kerja juga nyaman dan kekeluargaan. Hal ini dikarakteristikkan karena adanya saling support, peduli dan membantu ketika mereka menghadapi kesulitan pada pekerjaan. Pada continuance commitment,selain karena adanya gaji dan tunjangan yang mencukupi, jenjang karir yang jelas menjadi hal yang paling menjadi pertimbangan mereka untuk tetap bertahan di BJB. Pada normative commitment dapat diketahui bahwa mereka merasa harus bertahan karena merasa mempunyai tanggung jawab terhadap BJB. Tingginya affective commitment serupa dengan hasil penelitian di Saudi Arabia dan di India. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian di Amerika, dimana continuance commitment yang paling tinggi. Hal tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh adanya culture (paham individualisme). Untuk dapat memelihara affective commitement pada pegawai generasi pada pegawai generasi Y, perusahaan harus membangun emotional attachment kepada pegawai generasi Y. Perusahaan juga harus memperhatikan perilaku pimpinan dari pegawai generasi Y.