Abstrak
Profil Genotip NAT2 Pada Pasien Tuberkulosis Di Kupang, Nusa Tenggara Timur: Sebuah Studi Pendahuluan
Alvinsyah Adhityo Pramono , Simeon Penggoam, Edhyana K Sahiratmadja
Universitas Padjadjaran, Dipresentasikan Pada Pertemuan dan Ekspo Pendidikan Kedokteran Indonesia (PEPKI VII) Palembang Oktober 2014
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Dipresentasikan Pada Pertemuan dan Ekspo Pendidikan Kedokteran Indonesia (PEPKI VII) Palembang Oktober 2014
asetilasi, farmakogenomik, Kupang, NAT2
Latar belakang. Gen Arylamine N-acetyltransferase 2 (NAT2) merupakan gen yang berperan untuk mengkode enzim NAT2. Enzim ini berperan untuk memetabolisme obat anti tuberkulosis (TB), yaitu isoniazid. Gen NAT2 dapat mengalami mutasi titik yang menyebabkan variasi genotip sehingga gen ini yang dikahawatirkan dapat menyebabkan kegagalan pengobatan pasien TB. Mengingat tingginya angka kejadian TB di Indonesia Timur, maka studi pendahuluan untuk mengenali status asetilasi NAT2 pada pasien TB di Kupang menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian ini merupakan bagian dan penelitian sebelumnya yang menelaah gen-gen yang berperan dalam faktor suseptibilitas penyakit TB. Metode. DNA diisolasi dan darah pasien TB yang berasal dan Kupang, kemudian diproses melalui tahapan PCR (Polymerization Chain Reaction) dan sekuensing. Untuk mengisolasi gen NAT2 digunakan primer dengan program Bioedit. Hasil. Dari hasil sekuensing terdapat 6 genotipe yaitu genotip NAT2*13A/NAT2*6J, NAT2*4/NAT2*5G, dan NAT2*4/NAT2*6A yang merupakan suatu fenotip asetilator lambat; NAT2*7B/NAT2*7B, NAT2*6A/NAT2*6A yang merupakan fenotip asetilator sedang; dan NAT2*4/NAT2*4 yang merupakan fenotip asetilator cepat. Titik permasalahan antara NAT2 dengan pengobatan TB terletak pada kemampuan asetilasi yang dimiliki oleh pasien TB itu sendiri. Pasien dengan asetilator cepat rentan terhadap kegagalan terapi karena obat terlalu cepat dimetabolisme. Sedangkan asetilator lambat juga rentan karena dapat menyebabkan hepatitis karena isoniazid. Sehingga, resiko pengobatan terendah dimiliki pasien dengan asetilator sedang. Oleh sebab itu, pendekatan farmakogenomik akan sangat cocok untuk diterapkan dalam pengobatan TB di Kupang untuk memberikan pengobatan yang lebih aman bagi pasien.