Abstrak
Pengembangan Ekstrak Herba Putri Malu ( Mimosa Pudica L.) Sebagai Obat Herbal Terstandar Untuk Pengobatan Penyakit Asam Urat ( Laporan Tahunan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Pertama Dari Rencana Dua Tahun )
Dr. Sri Adi Sumiwi, MS, Apt. , Dr. Marline Abdassah, MS, Apt., Dr. Ahmad Muhtadi, MS, Apt., Ade Zuhrotun, M.Si, Apt.,
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
Ekstrak Herba Putri Malu, Mimosa pudica L., Penyakit Asam Urat
Penyakit asam urat atau gout merupakan penyakit yang sudah dikenal sejak lama, yang terjadi akibat penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin (Sustrani et al. 2005) yang menimbulkan nyeri serta dapat mengakibatkan kerusakaan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak. Pengobatan secara empirik dilakukan oleh masyarakat diantaranya menggunakan herba putri malu (Mimosa pudica L.). Pengujian aktivitas anti asam urat yang memperlihatkan pengurangan gejala inflamasi secara in vivo belum dilakukan. Herba putri malu merupakan salah satu jenis simplisia yang termasuk gulma yang liar dan mengganggu pertumbuhan tanaman yang sedang dibudidaya. Hal ini sangat menarik perhatian kami untuk membuktikan secara ilmiah herba putri malu ,sebagai anti asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tanaman putri malu dan jamu ke arah herbal terstandar sebagai upaya mencari alternatif pengobatan asam urat melalui serangkaian tahapan pengembangan obat tradisional jamu menuju sediaan herbal terstandar yang berkualitas, berkhasiat dan aman. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium melalui tahapan standarisasi simplisia herba putri malu, ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70 %, ekstrak kentalnya diuji aktivitas penghambatan pembentukan asam urat secara in vitro dengan metode penghambatan enzim xantin oksidase, uji analgesik dan antiinflamasi secara in vivo, dan uji toksisitas subkronik secara in vivo. Selanjutnya dibuat formulasi sediaan tablet. Tablet yang terbentuk dievaluasi formulasi dengan uji disolusi, waktu hancur dan kekerasan tablet. Selanjutnya tablet yang mengandung ekstrak herba putri malu diuji khasiatnya secara in vitro terhadap penghambatan enzim xantin oksidase sehingga diharapkan diperoleh sediaan formula yang terstandar dan efektif dan aman. Penelitian tahun pertama tahap I sudah dilakukan satandarisasi simplisia dan ekstrak herba putrimalu, pengujian pra klinik aktivitas analgesik, aktivitas antiinflamasi secara in vivo pada hewan percobaan dan toksisitas akut serta subkronik pada hewan percobaan. Hasil penetapan parameter standar menunjukkan bahwa ekstrak herba putrimalu memiliki rendemen 5.79% – 8.37%; kadar air 20.00% – 27.50%; kadar abu total 16.35% ¬19.12%; kadar abu tidak larut asam 8.33% – 10.10%; susut pengeringan 9.50% – 15.25%; bobot jenis 1.09 – 1.21; kadar sari larut air 41.50% – 46.50% dan kadar sari larut etanol 58.50% – 64.50%. Hasil penapisan fitokimia ekstrak herba putrimalu menunjukkan terdeteksi adanya senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, kuinon, monoterpen dan seskuiterpen. Hasil kromatografi lapis tipis terdeteksi minimal 5 dan 6 senyawa dengan pengembang n-heksan : etil asetat (6 : 4). Hasil pengujian aktivitas analgesik ekstrak herba putrimalu pada mencit menunjukkan bahwa ekstrak herba putrimalu dosis 125, 250 dan 500 mg/Kg BB dapat menghambat rasa sakit pada mencit yang diinduksi oleh asam asetat 0,7% berturut-turut sebesar . 9,58 ; 45,35 dan 60,28% dibandingkan terhadap kontrol yang tidak diberi ekstrak. Hasil pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak herba putrimalu pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak herba putrimalu dosis 250, 500 dan 1000 mg/ Kg BB dapat
menghambat inflamasi berupa mengurangi volume udema yang terjadi pada telapak kaki tikus yang diinduksi dengan karagenan berturut-turut sebesar 35,20; 42,74; dan 51,10 %. dibandingkan dengan kontrol yaitu tikus yang tidak diberi ekstrak. Hasil pengujian toksisitas subkronik menunjukkan bahwa ekstrak herba putrimalu 250 mg/kg BB pada tikus selama 90 hari menyebabkan adanya perubahan ringan parameter darah, biokimia klinik dan histopatologi , namun hasil uji statistik tidak terjadi kerusakan yang bermakna pada P < 0,5 sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak herba putrimalu aman bila digunakan dalam waktu lama.