Abstrak
Hubungan Strategi Regulasi Emosi Secara Kognitif Dengan Resiliensi Pada Remaja Dari Keluarga Bercerai
Bella Fariza Hanifa, S. Psi, Dr. Poeti Joefiani, M. Si
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
keluarga bercerai, remaja, Resiliensi, strategi regulasi emosi kognitif
Strategi regulasi emosi secara kognitif didefinisikan sebagai suatu cara kognitif dalam meregulasi respon emosional dari kejadian yang menyebabkan emosi seseorang menjadi buruk (Garnefski, Kraaij, dan Spinhoven, 2001). Remaja dari keluarga bercerai harus memiliki kapasitas yang besar untuk dapat menghadapi situasi perceraian orang tuanya. Faktor yang paling esensial dari penyesuaian ini adalah resiliensi. Resiliensi merupakan kekuatan emosional yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menunjukkan keberanian dan kemampuan adaptasi untuk bangkit kembali dari ketidakberuntungan dalam hidup (Wagnild & Young, 1993). Penelitian ini difokuskan untuk melihat hubungan masingmasing strategi regulasi emosi secara kognitif dengan resiliensi remaja dari keluarga bercerai. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan kuantitatif noneksperimental dengan metode penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan terhadap 31 remaja dari keluarga bercerai. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari sembilan strategi regulasi emosi secara kognitif, terdapat tiga strategi yang berhubungan secara signifikan dengan resiliensi (taraf kepercayaan 95%), yaitu positive refocusing (a = 0.022, R = 0.409), refocus on planning (a =0.006, R = 0.481), dan positive reappraisal (a = 0.007, R = 0.474).