Abstrak
Studi Kualitatif Gambaran Spiritual Well-being Pada Mahasiswa Yang Melakukan Self-injury Di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Khusnul Khatimah
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
kualitatif, mahasiswa, Self-Injury, spiritual well-being
Kesehatan dan kesejahteraan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting bagi setiap individu. Salah satu domain kesejahteraan individu adalah spiritual. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual memiliki banyak pengaruh dan hubungan dengan kesehatan mental individu. Salah satu gejala perilaku yang berkaitan dengan kesehatan mental adalah Non-Suicidal Self-Injury atau yang biasanya disebut dengan self-injury. Spiritual memiliki efek protektor untuk membentengi individu ketika menghadapi situasi stressfull, jika individu memanfaatkan kekuatan spiritualnya. Jumlah pelaku self-injury di kalangan mahasiswa pun masuk dalam kategori banyak, salah satunya di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai spiritual well-being pada mahasiswa yang melakukan self-injury di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Studi yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan narrative inquiry melalui pengisian angket dan interviu secara langsung mengenai riwayat singkat, perilaku self-injury, dan kesejahteraan spiritual. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan peneliti mendapatkan lima orang mahasiswa Fak. Psikologi Unpad yang sesuai dengan proposed criteria NSSI pada DSM-V dan bersedia menjadi subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga responden memiliki kondisi kesejahteraan spiritual yang rendah (kurang sejahtera) memiliki ciri-ciri kurangnya kedekatan dengan kekuatan spiritual dan persepsi negatif mengenai kehidupan yang dijalani yang tidak melibatkan kekuatan spiritual. Kedua responden lainnya memiliki kondisi kesejahteraan spiritual yang sedang (cukup sejahtera) ditandai dengan adanya ikatan yang cukup dekat dengan kekuatan spiritual dan usaha-usaha untuk melibatkan kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan adanya optimisme untuk menjalani kehidupan. Semua responden tidak memiliki ciri kondisi kesejahteraan spiritual yang tinggi, baik pada setiap indikator dalam setiap dimensi maupun pada kedua dimensi secara keseluruhan.