Abstrak
Perempuan dan Industri Kretek dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala
Aquarini Priyatna
Universitas Padjadjaran, Prosiding Perempuan Dan Lokalitas Prosiding Seminar Nasional Sastra Dan Budaya 26 Juli 2016 ISBN:978-979-1361-47-7
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Prosiding Perempuan Dan Lokalitas Prosiding Seminar Nasional Sastra Dan Budaya 26 Juli 2016 ISBN:978-979-1361-47-7
novel, Perempuan dan Industri Kretek
Dalam artikelnya yang ditulis pada tahun 1985, Anthoy Reid (1985) menulis bahwa merokok, yang merupakan kebiasaan turunan dari mengunyah sirih, berakar dalam di dalam budaya Asia tenggara, yang budayanya mengenal penggunaan ‘narkotika lunak’ secara meluas. Novel Gadis Kretek yang ditulis oleh Ratih Kumala secara mendetail membicarakan budaya merokok dan industri kretek pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia melalui penceritaan yang dilakukan oleh narrator yang berbeda dengan mengambil latar dan perspektif yang berbeda pula. Teknik penceritaan ini memungkinkan budaya merokok dan industri kretek dipaparkan dalam narasi yang dapat diargumentasikan memiliki nilai historisitas. Kisah cinta para tokoh di dalam novel menjadi relevan karena hubungannya dengan paparan mengenai industri kretek yang menjadi kerangka narasinya. Tokoh tokoh perempuan dalam novel ini digambarkan sebagai perempuan yang menjadi pusat perkembangan industri rokok kretek. Penempatan tokoh perempuan yang sentral dalam industri rokok merupakan hal yang penting untuk dibicarakan mengingat bahwa industi rokok dan budaya merokok pada umumnya masih merupakan budaya laki-laki. Seperti ditulis oleh Reid (1985) budaya merokok adalah budaya terusan dari budaya mengunyah sirih. Dalam perkembangannya, tradisi mengunyah sirih lebih bertahan di kalangan perempuan sejalan dengan ditinggalkannya kebiasaan mengunyah sirih oleh laki-laki sejalan dengan munculnya kesadaran akan modernitas sebagai dampak dari lebih tingginya tingkat pendidikan yang diraih dan lebih terpaparnya laki-laki terhadap budaya Barat. Karena itu, sejak jaman kolonial Belanda, di kalangan masyarakat merokok berelasi erat dengan citra laki-laki (Reid, 1985: 539). Penggambaran perkembangan budaya merokok dan industri rokok kretek dengan demikian dapat diargumentasikan akan dapat juga menunjukkan konstruksi gender pada lokalitas tertentu, baik lokalitas dalam konteks geografis maupun lokalitas dalam konteks waktu.