Abstrak
Dua Novel Pembunuh Bapak
Aquarini Priyatna Prabasmoro
Universitas Padjadjaran, Disampaikan pada diskusi buku Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan, toko buku Ultimus, Jl. Karapitan 228, 6 November 2005.
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Disampaikan pada diskusi buku Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan, toko buku Ultimus, Jl. Karapitan 228, 6 November 2005.
novel
Ada beberapa hal yang agak mengganggu saya dalam melakukan kritik sastra. Pertama, pekerjaan itu seringkali mengganggu saya menikmati karya itu karena saya terus menerus dipenuhi kesadaran untuk menghasilkan suatu “analisis”, suatu pendapat, bahkan mungkin suatu feed back. Kedua, saya seringkali berpikiran bahwa karya tertentu memerlukan waktu lama untuk dicerna untuk saya dapat sampai ke suatu keberanian untuk mengatakan perasaan dan pendapat saya tentang karya mereka. Cantik itu Luka dan Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan adalah di antaranya. Saya ingin membaca kedua novel dengan sedikit mengingat cerita yang disampaikan seorang pengisah bernama Sigmund Freud. Alkisah, menurut Freud, dalam cerita terkenalnya yang dinamai “Psikoanalisis”, untuk menjadi Diri sejati, seorang anak harus melepaskan diri dari ibunya, dari tubuh ibunya. Seorang anak laki-laki yang menjatuhkan objek cinta pertamanya pada ibunya harus melepaskan ibunya karena ia takut bersaing dengan bapaknya yang mengancam akan memenggal penisnya. Dalam cerita ini, jika kemudian si anak tumbuh normal dia akan mencari dan mendapatkan perempuan pengganti ibunya. Anak perempuan juga harus melepaskan diri dari ibunya hanya saja cerita yang harus dijalaninya berbeda. Anak perempuan menghormati aturan ibunya, dan mencintai ibunya, tetapi kemudian melihat ibunya sebagai pesaing dalam cintanya terhadap bapaknya sambil tetap merasa takut akan ibunya. Dan ketika ia tumbuh “normal” ia mencari laki-laki pengganti bapaknya sambil terus menerus menoleh kepada ibunya untuk memastikan keterpisahannya dengan ibunya sambil merindukan hubungan asalinya dengan sang ibu. Dalam psikoanalisis, keterpisahan dengan ibu menjadi penanda bahwa ia telah menjadi subjek.