Abstrak RSS

Fungsi Karya Sastra Teosofi Tasawuf Wawacan Jaka Ula Jaka Uli

Fungsi Karya Sastra Teosofi Tasawuf Wawacan Jaka Ula Jaka Uli
kalsum
Unpad
Indonesia
Unpad
, ,

Boleh dikatakan asing, sangatlah tidak terbiasa “Wawacan Jaka Ula Jaka Uli (WJU)” sebuah judul yang berada dalam ruang lingkup kegiatan berkesenian dikaitkan dengan pemahaman agama. Namun begitulah kenyataannya salah satu peninggalan warisan nenek moyang yang masih bisa dibaca dalam Aksara Arab Pegon dalam khasanah pernaskahan yang merupakan juga kesusastraan Sunda. Kata “wawacan” mengacu kepada pengertian “kesenian”, yang bersifat kreativitas yang bebas sedangkan agama berada dalam ruang lingkup dogma yang ketat dan pasti. Hal ini mengingatkan kepada ungkapan seorang Sufi Sunda Kiyai Abubakar Fakih “Najan ngahariring bari eling” ‘Walaupun bersenandung namun batin tak putus-putus berdzikir menyebut-nyebut Asma Allah’ (terjemahan bebas). Begjtu juga ungkapan Ajengan Ako dari Cijambu konon: Ngahariring bari eling, eling bari ngahariring ‘Bersenandung sambil berdzikir dalam batin, berdzikir dalam batin sambil bersenandung’. Sebuah kreativitas luar biasa, mengajak masyarakat umum/seniman menghayati Tuhan, serta membawa orang-orang yang bergelut di bidang agama bersenandung, menikmati keindahan seni, seni suara dan seni bahasa serta memanfaatkannya, untuk membangun kesadaran yang semurni-murninya. Proses dialektis dalam kehidupan kini terjadi kembali, kegiatan beragama dibawakan kembali dalam media seni. Hal ini kemungkinan setelah dirasakan kepenatan menjalani kehidupan, yang ternyata banyak kegiatan dengan simbol-simbol Islam yang hanya diartikan secara dangkal, tidak mengubah manusia ke arah pengertian, pemahaman, penghayatan, kesadaran yang dapat mengubah tingkah laku umat seperti dirasakan pada era belakangan ini.

Download: pdf