Abstrak RSS

Analisis Permintaan Faktor Produksi Pada Usahaternak Sapi Potong Rakyat Dengan Pola Pemeliharaan Intensif

Analisis Permintaan Faktor Produksi Pada Usahaternak Sapi Potong Rakyat Dengan Pola Pemeliharaan Intensif
Sondi Kuswaryan, Cecep Firmansyah, Anita Fitriani
Unpad
Indonesia
Unpad
, , , , ,

Penelitian survey yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga faktor produksi dan harga output terhadap permintaan faktor produksi pada usahaternak sapi potong rakyat telah dilakukan di Kecamatan Cijulang dan Cimerak Kabupaten Ciamis serta Kecamatan Pancatengah, Parungponteng dan Cipatujah di Kabupaten Tasikmalaya. Responden sebanyak 72 orang peternak sapi potong rakyat dengan pemeliharaan secara intensif dipilih dengan menggunakan teknik acak sederhana. Pada usahaternak sapi potong pola pemeliharaan intensif, rata-rata skala pemilikan sebesar 0,99 UT/unit usaha, menggunakan faktor produksi hijauan sebanyak 1.289,58 Kg/UU/bulan, dedak sebanyak 10,54 Kg/UU/bulan dan singkong sebanyak 7,50 Kg/UU/bulan serta untuk mengelola usaha tersebut menggunakan tenaga kerja sebanyak 2,71 HKP/UU/bulan. Pertambahan bobot badan sapi mencapai 22,20 Kg/UU/bulan. Keuntungan usaha yang dapat diraih sebesar Rp 160 520.07/UT/ bulan. Pada usahaternak sapi potong yang dipelihara secara intensif faktor produksi variabel yang terdiri dari hijauan, singkong dan dedak, serta tenaga kerja penggunaannya sangat berpengaruh terhadap keuntungan usaha. Kenaikan harga hijauan, singkong dan dedak sebesar sepuluh persen akan menurunkan keuntungan usaha sebesar 7,555 persen, 0,054 persen dan 1,541 persen, sedangkan kenaikan sepuluh persen upah tenaga kerja akan menurunkan keuntungan sebesar 3,552 persen. Penggunaan hijauan, dedak, singkong dan tenaga kerja akan lebih banyak, bila harganya turun dan sebaliknya bila harganya naik penggumaannya akan berkurang. Peternak sangat responsif untuk menambah penggunaan hijauan, singkong, dedak, dan tenaga kerja bila harga jual sapi mengalami kenaikan. Peningkatan produktivitas dan keuntungan usahaternak sapi potong rakyat dengan pola pemeliharaan intensif dapat meningkat bila ada insentif harga jual sapi yang lebih baik bagi peternak. Insentif harga jual akan diikuti oleh peningkatan penggunaan faktor produksi variabel (pakan hijauan, penguat dan cara pemeliharaan yang lebih baik, kemudian akan direspon oleh ternak dengan pertambahan bobot badan sapi yang lebih tinggi.

The survey research had been held in smallholder beef cattle farmer with an intensive farming at Cijulang and Cimerak Sub District of Ciamis Regency and Pancatengah, Parungponteng and Cipatujah Sub Disctrict of Tasikmalaya Regency. The research aim to know the profit and the influence of each input price and output price to input demand at smalholder beef cattle farmer. The sample consist of 72 respondents that choosed by simple random technique. On an intensive farming of beef cattle farm enterprise, 0,99 animal unit/business unit is the average amount of holding cattle, 1.289,58 kg/business unit/month of forage utilization, 10,54 kg/business unit/month of bran, 7,50 kg/business unit/month of cassava and 2,71 man-working-hour/business unit/month of labor. Marginal weight gain of cattle reach to 22,20 kg/business unit/month and reachable profit earned about Rp. 160 520,07 per farm unit per month. The intensive smallholder beef cattle farmer has variable production inputs which contents of forage, cassava, bran and labour that influences a lot of business profit. Increasing price of forage, cassava and rice bran for ten percent, the profit was lower one of each for about 7.55; 0.054 and 1.541 percent. While a ten-percent labour cost increasing, the profit was lower as about 3.552 percent. The uses of variable production inputs would be higher if the prices were lower. Opposite, if the prices were higher, then the use would be less. Farmer has been very responsive to put a large use of them if the selling price of cattle were rising. Productivity and profitability toward beef cattle farmer by intensive farming pattern are able to increase whenever threre is a better selling price incentive for the farmer. It will followed by a rise used of variable production inputs (forage, cassava, rice bran, a better way of farming), and then will respond it with a higher beef weight.

Download: pdf