Abstrak
Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Coronary Artery Disease Serangan Pertama Pasca Rawat Di High Care Unit Rumah Sakit Immanuel Bandung
Monika Ginting
Unpad
Indonesia
Unpad
coronary artery disease, kualitas hidup, self-efficacy
Coronary Artery disease merupakan pembunuh nomor satu di dunia termasuk di Indonesia, penyakit coronary artery disease berdampak ke seluruh aspek kehidupan baik pada pasien maupun keluarga, jika terjadi serangan ulang maka akan terjadi kondisi lebih parah dan bahkan terjadi kematian. Serangan ulang dapat terjadi sebagai akibat dari ketidaktahuan tentang pencegahan dan pemantauan kondisi, hal ini terkait dengan self-efficacy dengan kualitas hidup pada pasien CAD pasca serangan pertama. Di Rumah Sakit Immanuel jumlah pasien CAD di ruang high care unit menduduki urutan pertama, dalam 2 bulan terakhir tahun 2010 Jumlah pasien CAD yang menalami serangan pertama dan serangan ulang adalah 60 orang, terdapat 3,85% yang mengalami serangan ulang dalam jangka waktu 3-20 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self-efficacy dengan kualitas hidup pasien CAD di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel sebanyak 58 responden yang didapat dengan teknik purposivie sampling.Analisis statistik digunakan dengan uji chi square dilanjutkan dengan Odds Rasio (OR). Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan kualitas hidup, komponen self-efficacy yang paling dominan adalah kognitif dengan p = 0,001 dengan OR=8,444. Karakteristik responden tidak ada hubungan yang signifikan dengan self-efficacy maupun dengan kualitas hidup. Simpulan penelitian bahwa self-efficacy berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup dan dapat memprediksi 74,1 % kualitas hidup. Pengukuran self-efficacy perlu dimasukkan sebagai bagian dari kajian pasien CAD pasca serangan pertama untuk menuntun tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Coronary Artery Disease (CAD) is the number one killer disease in the world included Indonesia. The disease has impact on all aspect of patient and family life, if the heart attack relapses to become worst eventually results to death. The relapse could be related to the insaficient knowlagde of prevention and monitoring of the condition, se put why health education and suitable life style should be part post discharge preparation. Health education needed to improve patient self efficacy and in turn to increase their quality of life. The number of patient with CAD in High Care Unit Immanuel Hospital placing first position and three months earlier in 2010 there are 60 patients, which is 3.85% has relapse within 3-20 days period. The aim of this study is to identifing the relationship between self-efficacy and quality of life of Immanuel Hospital’s CAD patient. Design of the research was cross sectional and 58 responden participated in this study through purposive sampling technique. Statistic analysis is chi square followed with odds ratio (OR). The result showed that there is a significant relationship between self-eficacy and quality of life, where the most dominant of self-eficacy component is cognitive (p = 0,001) with OR = 8,444 predicted 74,1 % to quality of life. Respondent characteristic describes no significant relationship to the self-eficacy and quality of life. In conclusion, self-efficacy is related significantly with quality of life and predict 74,1 % of quality of life. The study suggest that self-efficacy measurement need to be included as a part of CAD patient assessment post first relapse to guide health worker in implementing health care for improving quality of life.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id