Abstrak RSS

Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Perah Rakyat Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus Di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan)

Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Perah Rakyat Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus Di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan)
Soni Sopiana
Unpad
Indonesia
Unpad
, ,

Peningkatan populasi ternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan meningkatkan produksi susu tetapi juga berpeluang mencemari lingkungan karena limbah yang dihasilkan semakin meningkat pula. Selama kurun waktu 10 tahun (2001-2010) populasi sapi perah di Kecamatan Pangalengan bertambah 9.405 ekor (8,6%) dari 12.190 ekor pada tahun 2001 menjadi 21.595 ekor pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah bagaimana pengelolaan limbah ternak sapi perah rakyat di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap informan yang dipilih secara purposive sampling sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada peternak sapi perah secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengelolaan limbah ternak yang dilakukan peternakan sapi perah rakyat di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan adalah pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan limbah. Secara keseluruhan kegiatan pengelolaan limbah ternak telah dilakukan oleh 80,8% peternak, namun pengelolaan limbah tersebut masih belum dilakukan dengan cara yang baik. Peternak di desa tersebut menggunakan limbah ternak untuk bahan baku kompos, biogas, media tumbuh cacing tanah dan pemupukan kebun rumput. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan limbah ternak adalah pendapatan peternak, perspektif peternak terhadap keuntungan, struktur peternakan, pengetahuan tentang pengelolaan limbah, sikap peternak dalam pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah.

The increase of population numbers of dairy cows in Sub District Pangalengan, not also increase milk production but also cause environmental pollution. In ten years (2001-2010) the population of dairy cow increase 8.6% was 9,405 heads, from the amount of 12,190 heads in 2001 increased to 21,595 heads in 2010. The purpose of this research are to review how the management of waste dairy cattle farm and factors which have influenced in the village of Warnasari Sub District Pangalengan Bandung Regency. The methods in this research were qualitative and quantitative. Qualitative data were obtained by interviewing the informants based on purposive sampling method. Quantitative data were obtained from dairy farmers by using questionnaires based on simple random sampling method. The results showed that the management of dairy cattle wastes performed on a dairy farms in the village of Warnasari Subdistrict Pangalengan is the collection, the storage and processing of wastes. In general, the activities of management of dairy cattle wastes have been carried out by 80.8% of dairy farmers, yet the implementation of waste management still was not performed in the good ways. Dairy farmers have used livestock wastes as raw material for composting, biogas, medium of earthworm’s growth and grass fertilization. The factors that influenced the collection, the storage and processing of wastes were the dairy farmer’s income, the perspective of benefit, the structure of farms, the knowledge about wastes management, the farmer’s attitude about program’s and the government policy.

Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id