Abstrak RSS

Peran Selenium pada Diabetes Tipe-2: Sebuah Kontradiksi

Peran Selenium pada Diabetes Tipe-2: Sebuah Kontradiksi
Novian Febiyanto, Chiho Yamazaki, Satomi Kameo, Deni K Sunjaya, Dewi Marhaeni Diah Herawati, Gaga Irawan Nugraha, Hiroshi Koyama
Unpad
Indonesia
Unpad
,

Selenium merupakan mikromineral yang memiliki kemampuan antioksidan yang berasal dari selenoprotein. Efek selenium terhadap risiko diabetes tipe-2, yaitu penyakit yang berkaitan dengan stres oksidatif, masih dipertanyakan. Beberapa penelitian in vivo dan in vitro mendukung teori yang menyatakan bawah selenium menurunkan risiko diabetes, namun hal itu tidak sejalan dengan hasil penelitian epidemiologi dan percobaan suplementasi pada manusia. Penelitian yang dilakukan pada populasi yang memiliki kadar selenium awal (kadar baseline) menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi selenium baseline, maka akan semakin tinggi risiko untuk mengalami diabetes tipe-2. Apabila penelitian dilakukan pada populasi yang memiliki kadar selenium baseline yang rendah akan terjadi sebaliknya. Subyek yang memiliki kadar selenium baseline tinggi akan memiliki risiko diabetes tipe-2 yang lebih rendah. Hipotesis huruf U yang menerangkan bahwa kerusakan DNA terjadi pada mereka yang memiliki status selenium yang paling rendah dan paling tinggi dapat menjelaskan mengenai fenomena ini. Beberapa teori lain yang dapat menjelaskan mengenai peningkatan risiko diabetes tipe-2 pada subyek dengan kadar selenium baseline tinggi adalah: adanya penghambatan spesies oksigen reaktif (SOR) sebagai second messenger pada penyignalan insulin, inkorporasi non-spesifik selenomethionine pada protein serum, serta pengurangan jumlah adiponektin yang dirangsang oleh tingginya konsentrasi selenoprotein-p (SEPP). Pada subyek dengan kadar selenium baseline yang rendah atau adekuat, kadar selenium dalam jaringan serta konsentrasi GPx dan SEPP akan mencapai kadar yang optimal setelah suplementasi, sehingga mekanisme yang merangsang peningkatan risiko diabetes tipe-2 di atas tidak akan terjadi. Perbedaan risiko diabetes tipe-2 juga timbul pada penelitian yang menggunakan jenis selenium yang berbeda. Selenium inorganik memiliki mekanisme tersendiri dalam merangsang glikolisis dan memperlambat glukoneogenesis karena jenis selenium tersebut memiliki kemampuan menyerupai insulin (insulin-mimetic). Beberapa penjelasan di atas menegaskan bahwa kadar baseline selenium dan jenis selenium yang digunakan dalam suplementasi selenium ikut menentukan risiko diabetes tipe-2 yang timbul pasca suplementasi.

Download: .pdf