Abstrak
Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Di Tanah Partikelir Pamanukan Dan Ciasem (1910-1969)
Iim Imadudin
Unpad
Indonesia
Unpad
buruh, Ciasem., Pamanukan, sejarah, tanah partikelir
Penelitian ini bertujuan menjelaskan dinamika kehidupan buruh di tanah partikelir Pamanukan dan Ciasem dalam kurun waktu 1910-1969. Buruh merupakan faktor produksi yang penting dalam perkembangan industri perkebunan, yang bekerja mulai dari penggarapan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan penuaian. Selain itu, buruh juga bekerja dalam proses pengolahan bahan mentah di pabrik. Buruh perkebunan adalah para petani yang bertransformasi menjadi buruh. Perubahan dari petani menjadi buruh tidak semata-mata karena faktor akses pemilikan tanah, tetapi juga disebabkan oleh terjadinya diferensiasi sosial. Dalam penelitian ini kehidupan buruh dipandang dari dua arah, yaitu bagaimana secara eksternal sistem politik menciptakan satu situasi yang mengubah kehidupan buruh, dan secara internal bagaimana buruh merespon dan mengadaptasi kondisi di luar dirinya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan kerja, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam penelitian ini digunakan pula konsep dan teori dari sosiologi dan antropologi politik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kehidupan buruh di tanah partikelir Pamanukan dan Ciasem berjalan secara statis, bahkan pada masa kolonial kehidupan para buruh dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Dari masa kolonial hingga setelah kemerdekaan, pihak perkebunan (tuan tanah) secara sistemik menciptakan kondisi yang membuat para buruh senantiasa bergantung pada mereka. Pihak perkebunan mengikat para buruh agar tidak meninggalkan tempat mereka bekerja. Dalam situasi seperti inilah terjadi hubungan yang tidak seimbang antara buruh dan tuan tanah.
This study aims to explain the dynamics of labours on private land of Pamanukan and Ciasem in the period of 1910-1969. Labour is an important factor in the development of the plantation industry, their tasks ranging from cultivating the soil, planting, maintaining, and harvesting. In addition, labours also work in the processing of raw materials at the plant. Plantation labours are peasants who transformed into labor. The Changing of peasants become labours not only because of the access of land ownership, but also due to the occurrence of social differentiation. This study considered two-sideways of viewing the problems. First, is how the external political system creates a situation that changed the lives of labours, and the second is internally view how labours respond and adapt to conditions outside them. This study uses historical method that consists of four phases namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. This study also used the concepts and theories of sociology and political anthropology. The research concludes that the life of labours in private lands of Pamanukan and Ciasem remaining static. Since the colonial period until after independence, the life of the labours can be said to be very concerning. The landlord systemically creates the conditions that make labours always rely on them. Planters bind the labours not to leave their work place. This situation leads to unequal relationship between labours and landowners.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id