Abstrak RSS

Pre and Post Tracheostomy CPIS Value in Moderate and Severe Head Injury Patients with Suspected Aspiration Pneumonia Treated in Neurosurgery Critical Care Unit, Hasan Sadikin Hospital, Bandung, Indonesia Perbedaan Nilai CPIS Pre & Post Trakeostomi Pasien Cedera Kepala Sedang dan Berat Dengan Tersangka Aspirasi Pneumonia Yang Dirawat Di NCCU RS Hasan Sadikin Bandung

Pre and Post Tracheostomy CPIS Value in Moderate and Severe Head Injury Patients with Suspected Aspiration Pneumonia Treated in Neurosurgery Critical Care Unit, Hasan Sadikin Hospital, Bandung, Indonesia Perbedaan Nilai CPIS Pre & Post Trakeostomi Pasien Cedera Kepala Sedang dan Berat Dengan Tersangka Aspirasi Pneumonia Yang Dirawat Di NCCU RS Hasan Sadikin Bandung
Jefri Hengky/Roland Sidabutar/M.Z. Arifin
Unpad
Indonesia
Unpad
, , , , , , , ,

Object. Aspiration pneumonia is a lung infection caused by inhalation of particles inside the respiration tract. Normal body defense mechanism prevent these particles to be inhalated but immunocompromised, alcohol or drug intoxicated and unconscious patient have high risk of aspiration pneumonia. CPIS (Clinical Pulmonary Infection Score) is use for diagnose and tracheostomy is needed to increased oxygenation, decreased dead space and to effectivity suctioning. Mortality rate is 30-50% with length of stay more than 1 week on 3-10 cases in every 1000 patients treated in hospital causing hight cost and mortality rate until 3x. Methods. This is a cohort study in patients with moderate-severe head injury and suspected aspiration pneumonia treated in Neurosurgery Critical Care Unit, Hasan Sadikin Hospital, Bandung. There were 14 patients in 4 months study (April-July 2011). All patients were intubated and connected to ventilator, tracheostomy was performed when CPIS > 6. Tracheal secretion, thorax x-ray, temperature, leukocyte count, O2 saturation, blood gas analysis and sputum culture was investegated. T-Test and Pearson’s correlation was calculated and analyzed. Result. There is significant difference of CPIS pre and post tracheostomy patients (p = 0,002 ; p 6, selanjutnya diperiksa : sekresi trakea, rontgen dada, suhu, jumlah leukosit, saturasi oksigen, analisa gas darah dan hasil kultur sputum. Dilakukan uji T-Test dan korelasi Pearson’s pada kedua kelompok secara komputerisasi. Result. Terdapat perbedaan yang bermakna nilai CPIS pre dan post trakeostomi pasien cedera kepala sedang-berat dengan tersangka aspirasi pneumonia, p = 0,002 (p < 0,05). Perbedaan tersebut bermakna pada variabel : sekresi trakea, p = 0,036 (p < 0,05), suhu, p = 0,025 (p < 0,05), jumlah leukosit, p = 0,003 (p < 0,05) dan biakan mikrobiologi, p = 0,042 (p 0,05) dan rasio PaO2/FiO2 (p = 0,060 ; p > 0,05). Pada analisis korelasi Pearson’s tidak terdapat hubungan yang bermakna antara semua variabel (sekresi trakea, foto thorak, suhu, jumlah leukosit, rasio PaO2/FiO2 dan biakan mikrobiologi) dengan outcome p = 0,10 (p > 0,05). Conclusions. Pada penelitian kohor ini tindakan trakeostomi lebih baik dilakukan pada pasien cedera kepala sedang-berat dengan tersangka pneumonia, karena terdapat perbedaan yang bermakna nilai CPIS. Penelitian ini membutuhkan nilai sampel yang lebih besar dan waktu observasi yang lebih lama sehingga dapat membuktikan hubungan antara variabel CPIS dengan outcome pasien.

Download: .Full Papers