Abstrak
Inovasi Bentuk Dalam Variasi Geografis Bahasa Sunda: Kedinamisan Dan Keharmonisan Dalam Perubahan Bahasa Ibu
Wahya
Unpad,Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
Indonesia
Unpad,Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
bahasa ibu, Bahasa Sunda, Variasi Geografis
Kontroversi pandangan bahwa bahasa sebagai sistem yang monolitik kini tinggallah mimpi setelah sosiolinguistik dapat memmbuktikan bahwa bahasa adalah variabilitas (bandingkan Chambers dan Trudgill, 1994:145). Bahasa bukanlah sistem tunggal, tetapi bahasa memiliki variasi. Demikian pula pandangan yang menyebutkan bahwa variasi dalam bahasa adalah variasi bebas ini pun tinggal kenangan setelah teori variasi membuktikan bahwa variasi dikendalikan oleh sistem bahasa, tidak bebas (Wahya, 2005:213). Bahasa alamiah di dunia ini selalu tumbuh dinamis mengikuti kedinamisan hidup penuturnya. Hal ini ditempuh untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan sosial budaya penuturnya. Jika ingin tetap berfungsi memenuhi kebutuhan hidup penuturnya, bahasa harus dapat menyesuaikan dirinya. Oleh karena itu, dilihat dari sisi kepragmatisan ini, bahasa harus menjadi “makhluk” yang dinamis, bukan yang statis kalau tidak mau ditinggalkan penuturnya. Suatu bahasa bisa hidup karena bahasa itu masih diperlukan penuturnya atau penuturnya masih ada. Bahasa yang bisa hidup adalah bahasa yang dapat mememuhi fungsifungsi dalam kehidupan, tidak semata-mata karena strukturnya atau keunikan lainnya. Dengan kata lain, bahasa yang bisa hidup adalah bahasa yang memiliki berbagai variasi dan register (lihat pula Poedjosoedarmo, 2001:31). Bahasa ibu akan cenderung tetap hidup jika dia memiliki kekayaan register dan penuturnya masih hidup.