Abstrak
Aplikasi Model Information-motivation-behavioral Skill Dalam Memprediksi Perilaku Seksual Mahasiswa Di Suatu Perguruan Tinggi Di Jawa Barat
Indah Amelia, Irvan Afriandi, Hadi Susiarno
Unpad
Indonesia
Unpad
Model IMB, Perilaku Seksual Mahasisw, perilaku seksual remaja, SEM
Latar Belakang Masih banyak masalah kesehatan reproduksi pada kelompok usia remaja, seperti usia pertama kali melakukan hubungan seksual yang sangat muda, hubungan seksual sebelum menikah, kehamilan yang tidak diinginkan, serta tingginya kejadian HIV/AIDS pada remaja, walaupun telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sangatlah penting untuk mengetahui faktor risiko dan faktor protektif dalam perilaku seksual berisiko pada remaja agar program pencegahan dan promosi kesehatan reproduksi remaja dapat berjalan lebih efektif. Studi ini menggunakan Model Information-Motivation-Behavioral Skills (IMB) oleh Fisher dan Fisher, untuk memprediksi perilaku seksual mahasiswa di suatu Perguruan Tinggi di Jawa Barat dengan melihat faktor Informasi, Motivasi, dan Keterampilan Asertif. Metode Studi ini menggunakan desain penelitian analitik kuantitatif, cross sectional, dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis model IMB. Hasil Sebanyak 271 mahasiswa berusia 18-22 tahun mengikuti penelitian ini, dimana sebanyak 15,5% responden melaporkan pernah melakukan hubungan seksual. Seluruh konstruk yang ada di dalam model IMB memiliki pengaruh positif yang signifikan baik terhadap keterampilan asertif maupun terhadap perilaku seksual (p<0,05), kecuali variabel Informasi yang memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku seksual (?=-0,089, p<0,05). Model fit menunjukkan bahwa data penelitian fit terhadap model (GoF=0,510), dan perilaku seksual dapat diprediksi sebanyak 45,8% dari faktor Informasi, Motivasi, dan Keterampilan dan interaksinya, sehingga disimpulkan bahwa model IMB dapat digunakan untuk memprediksi perilaku seksual pada mahasiswa. Simpulan Pengaruh Informasi yang negatif terhadap perilaku seksual menunjukkan bahwa Program Promosi Kesehatan mengenai Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi remaja tidak cukup sampai pemberian informasi dan pengetahuan. Tingginya pengaruh variabel motivasi menunjukkan bahwa Program Promosi Kesehatan harus dapat difokuskan pada peningkatan nilai-nilai yang positif dan suportif, serta perlunya pelatihan keterampilan yang diperlukan remaja agar dapat menghindari perilaku seksual yang kurang baik. Selain itu, semua program di atas juga perlu diberikan tidak hanya kepada remaja, namun kepada orangtua/keluarga, teman sebaya, serta masyarakat secara umum, agar remaja memiliki lingkungan yang positif, suportif, dan tidak permisif dalam hal kesehatan reproduksi dan seksual.