Abstrak RSS

Pelatihan Responding Joint Attention pada Anak Severe Autism dengan menggunakan Discrete Trial Training dan Pivotal Response Training

Pelatihan Responding Joint Attention pada Anak Severe Autism dengan menggunakan Discrete Trial Training dan Pivotal Response Training
Margareth Rani R.S
Unpad
Indonesia
Unpad
, , ,

Ketidakmampuan anak autisme dalam melakukan kontak mata, tidak merespon panggilan atau suara dari luar, tidak merespon kehadiran orang atau benda di sekitarnya dan tidak dapat mengikuti arahan gestur menggambarkan bahwa mereka memiliki kesulitan dalam memperhatikan stimulus sosial dalam lingkungan, yang berkaitan dengan gangguan dalam sosial-komunikasi. Salah satu gangguan sosial-komunikasi yang paling awal dideteksi pada anak dengan autisme adalah adanya defisit dalam keterampilan joint attention. Kurangnya kemampuan joint attention pada anak dengan autisme, terutama LFA, akan menyebabkan anak kesulitan dalam membagi atau menyamakan perhatian dengan orang lain, kurangnya kontak mata, tidak mampu mengikuti arahan gestur dari orang lain, mengalami kesulitan sosial seperti mempelajari kemampuan mengurus diri, dan kurang dapat belajar kesesuaian kata-objek (bahasa). Perbedaan kemampuan joint attention pada setiap anak dengan autisme terjadi secara bervariasi. Defisit joint attention yang “lebih parah” pada anak LFA/ severe autism dibandingkan anak HFA/ mild autism menunjukkan bahwa anak LFA sangat membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan joint attentionnya, untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi perkembangan anak selanjutnya. Untuk mempelajari kemampuan joint attention, anak harus belajar untuk merespon (responding) joint attention terlebih dahulu sebelum mereka belajar untuk menginisiasinya (initiating joint attention). Pada penelitian ini, peneliti merancang pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan responding joint attention pada anak autisme dengan menggunakan DTT dan PRT. DTT dan PRT adalah modifikasi perilaku yang merupakan turunan dari ABA. Pada pelatihan ini anak autisme dilatih untuk melakukan responding joint attention. Adanya
komponen motivasi dalam pelatihan ini dapat mendorong keinginan anak untuk terlibat dalam interaksi joint attention. Rancangan pelatihan kegiatan ini dilakukan dalam bentuk quasi experiment dengan desain single subject design ABA. Pelatihan dilakukan kepada 2 anak autisme usia 5 tahun selama 12 sesi, 3 kali seminggu, setting individual. Pelatihan didahului dengan pengukuran RJA sebagai kondisi baseline (pretest), lalu pengukuran frekuensi responding joint attention selama pelatihan, dan pengukuran kembali RJA sebagai kondisi akhir (posttest).
Pengukuran kondisi pre dan post test menggunakan Early Social Communication Scales. Hasil penelitian menunjukkan setelah menerima pelatihan responding joint attention, kemampuan responding joint attention kedua subjek autisme meningkat. Subjek 1 memperoleh rata-rata persentase kemampuan sebesar 88.09%, yang berarti bahwa pencapaian kemampuan RJA pada anak tergolong tinggi (≥ 80%). Subjek 2 memperoleh persentase ratarata RJA sebesar 59.51%, yang berarti bahwa peningkatan kemampuan responding joint attention yang anak raih tergolong rendah. Pencapaian kemampuan RJA pada kedua subjek autisme dipengaruhi oleh intensitas perilaku repetitif dan ketertarikan stereotip.
Kata Kunci : autisme, responding joint attention, DTT, PRT

Download: .pdf