Abstrak
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kecenderungan Perilaku Seks Berisiko Pada Pelajar SLTA Di Kota Bandung
Maya Sukmayati
Unpad
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Unpad
Adolescent, bandung city, kota bandung, pelajar, perilaku seks berisiko, remaja, sexual risk-taking behavior, student
Pendahuluan : Remaja di Kota Bandung dengan proporsi lebih dari 20% merupakan kelompok penduduk yang bermakna dalam membangun masa depan bangsa. 54% remaja Kota Bandung berusia 15-19 tahun berada di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Kondisi fisik dan psikologis remaja serta faktor-faktor dari dalam maupun luar seperti kurangnya pengetahuan, sikap yang negatif, religiusitas, media masa, akses pelayanan kesehatan, kurangnya dukungan orang tua dan tekanan teman sebaya adalah hal-hal yang dapat merusak kehidupan dan masa depannya termasuk perilaku seksual berisiko. Teori perilaku PRECED-PROCEED dari L.Green menjadi dasar dalam menentukan variabel-variabel yang akan diukur. Metode : Ini adalah penelitian belah lintang untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kecenderungan perilaku seks berisiko pada pelajar SLTA di Kota Bandung. 213 orang pelajar SMA dan 227 orang pelajar SMK dipilih dengan teknik dispropotional stratified random sampling. Dilakukan pengisian kuesioner berisi sub variabel pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap terhadap perilaku seksual berisiko, orientasi religius ekstrinsik dan intrinsik, peran orang tua dan kelompok sebaya, akses pelayanan kesehatan dan paparan media masa serta kecenderungan perilaku seks berisiko. Hasil: Penelitian ini menggunakan analisis chi square dan regresi logistik ganda untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Selanjutnya didapatkan nilai p<0,005 untuk variabel pengetahuan, sikap, peran orang tua dan kelompok sebaya serta karakteristik jenis sekolah. Terdapat hubungan bermakna antara variabel-variabel tersebut perilaku seksual berisiko. Selain itu ada 4 variabel yang mendapatkan nilai p?0,005, yaitu orientasi religius ekstrinsik, orientasi religius intrinsik, pelayanan kesehatan dan paparan media massa. bermakna tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan kecenderungan perilaku seksual berisiko. Diskusi: Faktor-faktor pengetahuan, sikap, peran orang tua dan kelompok sebaya serta karakteristik jenis sekolah berhubungan dengan kecenderungan perilaku seks berisiko. Faktor-faktor orientasi religius ekstrinsik dan intrinsik, akses pelayanan kesehatan dan paparan media massa tidak berhubungan dengan adanya kecenderungan perilaku seksual berisiko.
Introduction: With 20% proportion of total population, adolescents are significant group related to the future of this country. There are 54% of teenagers whom attended senior high school in Bandung. Adolescents are at risk for a number of sexual behavior due to their pubertal development, also influenced by many internal and external determinants such lack of knowledge, negative attitude, mass media, access of health service, peergroup pressure, religiousity, parental supportless according to PRECED-PROCEED theory by Green. Methods: This is an observational, non-intervention, correlative study with cross sectional designs to find out many factors associated with sexual risk-taking behaviour among students of senior high schools in Bandung. 213 students of general and 227 students of vocasional high schools was selected by random stratified dispropotional sampling method. Participants was answered a questioner of each variable. Result: By multi logistic regression analysis, there are four factors such knowledge, attitude, parental and peergroup relationship, school design showed significant value with sexual risk-taking behavior (p <0,05),while anothers else did not showed significant value (p?0,005). Discussion: Knowledge of health reproductive, attitude, parental and peergroup relationship, school design are significant factors associated with sexual risk-taking behavior. Extrinsic and intrinsic Religious orientation, access of health service, mass media influence are not significant factors associated with sexual risk-taking behavior.