Abstrak
Gambaran Kecemasan Sosial Berdasarkan Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) Pada Remaja Tengah Di Surakarta
Risa Suryanti, S.Psi, Prof. Dr. Wilis Srisayekti, Dra Marisa F. Moeliono, M.Pd
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS), middle adolescent, Remaja Tengah
Remaja tengah merupakan masa dimana remaja mulai membentuk kelompok kecil teman yang mempunyai kesamaan nilai, minat, dan aktivitas. Remaja mulai mengembangkan kesadaran bahwa tingkah laku, penampilan, dan performance mereka dinilai oleh orang lain baik secara positif maupun negatif. Remaja akan merasa senang apabila mereka diterima di dalam kelompok. Begitu pula sebaliknya, remaja akan terlihat stres dan cemas jika mereka tidak diterima atau dikucilkan dalam kelompok (Santrock, 2007). LaGreca & Lopez (1998) yang menyatakan bahwa pengalaman keengganan kelompok atas kehadiran remaja, termasuk adanya penolakan dari kelompok atau dikeluarkan dari kelompok bisa menyebabkan terjadinya kecemasan sosial. Kecemasan sosial merupakan masalah yang cukup banyak terjadi di dunia, salah satunya oleh orang Indonesia. Penelitian terpublikasi terkait dengan kecemasan sosial di Indonesia masih minim. Berdasarkan penelitian dari Vriends (2013) yang melibatkan mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Swiss melaporkan bahwa 15,8% dari populasi Indonesia mengalami kecemasan sosial. Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran kecemasan sosial menggunakan alat ukur Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) versi bahasa Indonesia yang telah tervalidasi LSAS mempunyai konsistensi internal yang baik dan evaluasi terhadap tingkat keparahan dari rasa takut dan perilaku menghindar dalam situasi sosial.pengukuran kecemasan sosial dilakukan pada remaja tengah berusia 15-16 tahun di SMA X Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada 239 partisipan (laki-laki = 79 orang dan perempuan = 160 orang). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa remaja tengah di SMA X Surakarta yang mengalami kecemasan sosial sebanyak 30,5%. Hasil ini menunjukkan adanya prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian dari Vriends (2013). Pada hasil pengukuran ini, kecemasan sosial lebih banyak dialami oleh partisipan perempuan dibandingkan dengan partisipan laki-laki.
Middle adolescent period when adolescents begin to form small groups of friends who have the same values, interests, and activities. Adolescenst begin to develop an awareness that the behavior, appearance, and performance they are judged by others either positively or negatively. Teenagers will feel happy when they are received in the group. Likewise, teenagers will look stressed and anxious if they are not accepted or excluded in the group (Santrock, 2007). LaGreca & Lopez (1998) which states that the experience reluctance on the presence of adolescent groups, including the rejection of a group or removed from a group could lead to social anxiety. Social anxiety is psychologica problem which experienced in the world by quite large number of people problem that quite a lot going on in the world, one of them by the people of Indonesia. Published research related to social anxiety in Indonesia is still minimal. Based on research from Vriends (2013) involving students of Indonesian and Swiss students reported that 15.8% of the Indonesian population experiencing social anxiety. In this study, social anxiety measured using a measuring instrument Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAs) Indonesian version that has been validated LSAs have good internal consistency and evaluation of the severity of fear and avoidance behavior in situations of social anxiety sosial.pengukuran done on middle adolescents aged 15-16 years in high school X Surakarta. This study was conducted on 239 participants (male = 79 and female = 160). The measurement results show that adolescents in high school middle X Surakarta who experience social anxiety as much as 30.5%. These results indicate that a higher percentage than the study of Vriends (2013). On the results of this measurement, more social anxiety experienced by women participants compared to male participants.