Abstrak
Kesehatan Tulang Pascamenopause
Tono Djuwantono
Universitas Padjadjaran, Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) ke- V. Yogyakarta, 22 April-2 Mei 2012
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) ke- V. Yogyakarta, 22 April-2 Mei 2012
Menopause, osteblast, osteoklast, osteoporosis, pascamenopause, tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki banyak fungsi penting dalam tubuh manusia. Terganggunya kesehatan tulang dapat menimbulkan gangguan ringan ataupun gangguan serius pada si penderita. Gangguan kesehatan tulang yang umum terjadi pada perempuan pascamenopause adalah osteoporosis. Osteoporosis terjadi ketika kepadatan massa tulang menurun yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan rentan mengalami fraktur. Fraktur yang disebabkan oleh osteoporosis dapat mengakibatkan penderita mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas normal secara mandiri, kelumpuhan parsial atau total, bahkan kematian. Fraktur osteoporosis pada tulang panggul dan dan ruas-ruas tulang belakang merupakan fraktur yang bersifat fatal karena diketahui dapat mengakibatkan kematian. Osteoporosis pascamenopause timbul sebagai akibat penurunan hormon estrogen secara drastis pada perempuan pascamenopause. Penurunan estrogen pada perempuan pascamenopause terjadi karena hilangnya aktivitas folikel ovarium terkait faktor usia. Estrogen pada perempuan pascamenopause diperoleh dari kelenjar adrenal dalam bentuk androstenedion yang kemudian mengalami aromatisasi pada sel-sel lemak menjadi estrone. Estrogen menjadi salah satu hormon steroid seks yang berperan penting dalam kesehatan dan fungsional sel-sel penyokong jaringan tulang. Defisiensi estrogen akibat menopause memicu aktivasi sel-sel osteoklast yang berperan mendagradasi matriks dan protein penyusun tulang serta menekan aktivitas osteoblast yang berperan membentuk sel tulang baru. Rendahriya kadar estrogen pada perempuan pascamenopause juga memicu peningkatan sekresi IL-1, IL-6, TNF-a, dan RANKL oleh sel-sel sistem immun yang diketahui dapat memodulasi aktivitas osteoklast. Osteoporosis yang terjadi pada perempuan pascamenopause dapat diterapi dengan tujuan menekan aktivitas pembongkaran sel-sel tulang oleh osteoklast melalui obat-obatan antiresorpsi ataupun terapi sulih hormon. Obat-obatan antiresorpsi memiliki aksi seperti estrogen, yaitu menekan aktivitas osteoklast dan meningkatkan diferensiasi progenitor osteoblast. Penekanan aktivitas osteoklast diharapkan dapat menurunkan kecepatan resorpsi tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh. Namun demikian, osteoporosis ternyata juga dapat dicegah melalui gaya hidup yang sehat, yang meliputi pola makan yang cukup akan kalsium dan vitamin D, olah raga secara teratur, menghindari kebiasaan merokok dan tidak minum minuman beralkohol.