Abstrak RSS

Dydrogesterone Pada Keguguran Berulang

Dydrogesterone Pada Keguguran Berulang
Tono Djuwantono
Universitas Padjadjaran, Prosiding Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XVI Bandung Buku I 2015 ISBN 978-602-73012-0-7
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Prosiding Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XVI Bandung Buku I 2015 ISBN 978-602-73012-0-7
,

Berdasarkan konsensus European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) maka keguguran berulang didefinisikan sebagai 3 kejadian atau lebih terjadinya keguguran secara berturut-turut sebelum umur kehamilan mencapai 20 minggu’. Sebagian besar keguguran diduga terjadi karena faktor genetik yang sangat dipengaruhi oleh usia maternal. Namun demikian beberapa penelitian menemukan bahwa keguguran berulang berhubungan erat dengan beberapa faktor, berikut: (1)genetik; (2) usia; (3) sindrom antifosfolipid; (4) anomali uteri; (5) trombofilia; (6) gangguan hormon atau gangguan metabolisme; (7) infeksi; (8) autoimmun; (9) kualitas sperma; (10) gaya hidup. Namun demikian, hampir 50% kasus keguguran berulang tidak diketahui penyebabnya. Berdasarkan data dari seluruh dunia, diketahui bahwa besarnya angka keguguran mencapai 15-20% sedangkan angka keguguran berulang sekitar. Keberhasilan kehamilan dipengaruhi oleh toleransi semiallogenik embrio/fetus terhadap sistem immum ibu. Diyakini bahwa toleransi tersebut bergantung pada interaksi berbagai sitokin yang diekskresikan oleh sel-sel maternal dan fetus pada daerah implantasi. Progesteron berperan dalam mengendalikan lingkungan sistem immun pada tahap awal kehamilan. Efek protektif immunologic kehamilan dari progeseron ditandai dengan adanya pengendalian produksi sitokin. Defisiensi progesteron diketahui berhubungan dengan gangguan maturasi endonnetrium dan ketidakseimbangan regulasi sitokin inflmasi. Dengan demikian, pemberian progesteron dianggap dapat membantu menjaga tercukupinya respon immun saat awal masa kehamilan dan mencegah terjadinya keguguran.

Download: .PDF