Abstrak
Peran Epidemiologi Dalam Masalah Gizi Masyarakat Sistem Surveilans dan Respon Berbasis Masyarakat untuk Penanggulangan Masalah Gizi Masyarakt
Dewi Marhaeni Diah Herawati
Universitas Padjadjaran, Disajikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Epidemiologi di FK Unpad, 22-23 April 2011. Departemen Ilmu Gizi Medik Fakultas Kedokteran Unpad.
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Disajikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Epidemiologi di FK Unpad, 22-23 April 2011. Departemen Ilmu Gizi Medik Fakultas Kedokteran Unpad.
epidemiologi, Masalah Gizi, Sistem Surveilans
Permasalahan gizi di Indonesia saat ini masih cukup kompleks baik pada masalah kekurangan gizi makro maupun gizi mikro, ada beberapa provinsi dan kabupaten/kota menjadi kantong-kantong permasalahan gizi tersebut. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa Provinsi NTB merupakan provinsi dengan prevalensi gizi ”burkur” tertinggi, Provinsi NTT dengan prevalensi balita pendek tertinggi sedang Provinsi Jambi dengan prevalensi balita kurus tertinggi. Respon masalah gizi tidak hanya setelah terjadi kasus, namun membutuhkan upaya pencegahan sedini mungkin melalui pendekatan perjalanan alamiah penyakit. Salah satu kegiatan desa siaga adalah melakukan surveilans oleh masyarakat terhadap kasus penyakit termasuk gizi. Kegiatan surveilnas perlu dikembangkan lebih jauh terutama surveilans pada faktor risiko. Hasil survei pemetaan di Jabar pada tahun 2010 menunjukkan potensi sebanyak 78,4% kader aktif di desa melakukan kegiatan surveilans, 2% mampu melakukan analisis sederhana dan 92,25 kegiatan surveilans dilaporkan pada Puskesmas. FK Unpad dan Pemda Jabar melakukan pengembangan SSRBM (Sistem Surveilans Respon Berbasis Masyarakat) melalui penyusunan modul SSRBM dan gizi, pelatihan kader dan petugas Puskesmas dengan pusat informasi berbasis web di Puskesmas. Pengembangan SSRBM berbasis masyarakat memperlihatkan perlunya penguatan dalam regulasi. Penggunaan teknologi informasi membutuhkan proses perubahan budaya organisasi. Kegiatan surveilans respon terhadap faktor risiko maupun kasus yang dilakukan oleh masyarakat yang terintegrasi dengan pemerintah dan swasta dapat membantu mencegah terjadinya masalah gizi. Jika kegiatan SSRBM ini dilaksanakan secara optimal maka diharapkan status gizi masyarakat kedepan menjadi lebih baik.