Abstrak RSS

Terhambatnya RPP Tembakau Dalam Perspektif Ilmu Kebijakan

Terhambatnya RPP Tembakau Dalam Perspektif Ilmu Kebijakan
Dr. Dewi Marhaeni Diah Herawati, drg, MSi
Makalah disajikan dalam “Seminar Nasional Tantangan dan Strategi Perlindungan Rakyat Terhadap Dampak Merokok”, yang diselenggarakan oleh LPPM Universitas Siliwangi bekerjasama dengan IAKMI Cabang Tasikmalaya pada hari Sabtu Tanggal 14 Juli 2012.
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Makalah disajikan dalam “Seminar Nasional Tantangan dan Strategi Perlindungan Rakyat Terhadap Dampak Merokok”, yang diselenggarakan oleh LPPM Universitas Siliwangi bekerjasama dengan IAKMI Cabang Tasikmalaya pada hari Sabtu Tanggal 14 Juli 2012.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki prevalensi merokok yang tertinggi di dunia. Berdasar data WHO ada sekitar 46,8 persen laki-laki dan 3,1 persen perempuan diatas usia 10 tahun.1 Indonesia juga menjadi salah negara yang memiliki lahan pertanian tembakau cukup tinggi di dunia. Adapun daerah penghasil tembakau terbesar di Indonesia adalah Jatim (56%), Jateng (23%), NTB (17%) dan 4 % berada di DIY, Sumut, Jabar dan Bali.2 Daerah penghasil bahan baku pendukung rokok seperti cengkeh tertinggi di Indonesia adalah Sumbar, Lampung, Jateng, Bali, Sulsel, Sulut dan Maluku Utara. Produksi dan pasar rokok di Indonesia dikuasi oleh 4 perusahaan besar yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu gudang garam (31,7% ) yang berada di Kediri, djarum (17,2%) berada di Kudus, bentoel prima (3,1%) berada di Malang dan sisanya sekitar 22,1% dikuasai oleh industri rokok kecil dan RT. Dampak merokok terhadap kesehatan, sudah jelas memberikan dampak yang negatif. Belum ada satupun penelitian yang menunjukkan bahwa merokok memiliki dampak postitif baik dari sisi kesehatan maupun sosial dan ekonomi. Beberapa kasus menunjukkan bahwa efek dari merokok dapat menjadi faktor risiko terjadinya masalah sosial lainnya seperti minuman keras dan ganja.

Download: .PDF