Abstrak
Gambaran Optimisme dalam Melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Siswa Kelas XII SMAN Jatinangor yang Berasal dari Keluarga dengan Status Ekonomi Rendah
Alicia Puspitasari
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
kemiskinan, optimisme, perguruan tinggi
Hidup dalam kondisi yang serba kekurangan menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa yang berasal dari keluarga yang mengalami kemiskinan, sehingga banyak siswa yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan terutama ke tingkat Perguruan Tinggi. Dalam mencapai tujuan di masa depan, untuk menghadapi kesulitan dibutuhkan individu yang percaya diri dan mampu mempertahankan usahanya. Optimisme didefinisikan sebagai keyakinan secara umum (generalized expectancy) bahwa akan terjadi sesuatu yang positif (positive outcomes) di masa depan, hal ini mengacu pada ekspektasi seseorang mengenai hasil yang diterimanya. Seseorang akan bertahan dengan melanjutkan usaha agar bisa mendapatkan hasil tersebut, hal ini didasarkan pada kepercayaan diri yang mereka miliki meskipun mereka mengalami kesulitan atau hambatan untuk mencapainya (Scheier & Carver, 1985). Penelitian ini dilakukan kepada 57 siswa kelas XII SMAN Jatinangor yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner optimisme yang mengacu pada teori Scheier & Carver (1985). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 94,7% siswa memiliki tingkat optimisme dalam melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun siswa mengalami kesulitan ekonomi, mereka memiliki confident dan persistent yang tinggi terkait dengan melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena mereka memiliki pengalaman, pengetahuan, dan mampu mempertahankan usahanya dalam melanjutkan ke Perguruan Tinggi.