Abstrak
Makna Khilafah Oleh Anggota Hizbut Tahrir Indonesia
Arif Mulizar, S.I.Kom
Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran
Anggota Hizbut Tahrir, fenomenologi, Khilafah, kna
Penelitian ini menjelaskan tentang pemaknaan yang dilakukan oleh anggota Hizbut Tahrir Indonesia yang berstatus mahasiswa di Jawa Barat dalam hal ini Kota Bandung dan sekitarnya terhadap konsep “Khilafah”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi Fenomenologi dengan mengamati proses pembentukan makna Khilafah oleh anggota Hizbut Tahrir Indonesia. Tujuannya untuk memahami dan menjelaskan pengalaman Intersubjektif informan memaknai Khilafah dengan mengetahui motif, konsep diri, dan hambatan komunikasi yang dialami informan selama menjadi anggota Hizbut Tahrir dan masih berstatus mahasiswa..Dalam hal ini anggota Hizbut Tahrir yang menjadi informan peneliti adalah Rahma, Putri, Staviera dan Robi. Semua informan merupakan anggota Hizbut Tahrir yang telah disumpah sebagai pengemban dakwah Hizbut Tahrir dan masih berstatus mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan motif anggota Hizbut Tahrir dalam memilih Hizbut Tahrir Indonesia sebagai jalan dakwah adalah motif sebab dan untuk, Keempat informan kompak menjawab motif sebab berdasarkan masa lalu yakni keluarga atau teman, dan untuk masa depan, dan agar menjadi pribadi yang lebih baik menurut standar agama hingga mendapat balasan surga. Konsep diri yang terbentuk pada mereka adalah sebagai mahasiswa yang memiliki standar pendidikan lebih tinggi merekalah yang bertanggung jawab memberikan pemahaman dan penyadaran pada masyarakat yang belum mengerti tentang Khilafah. Informan menilai bahwa dirinya bertindak sebagai pemberi ilmu, penyadar, pemberi nasihat, penolong, dan pemberi solusi dari permasalahan yang terjadi di lingkungan sosialnya. Hambatan yang terjadi berupa gangguan, motivasi terpendam, kepentingan ataupun prasangka. Kurangnya pengetahuan atau perbedaan pemaknaan terhadap ide dan pemikiran Hizbut Tahrir tentang Khilafah adalah hambatan utama bagi anggota Hizbut Tahrir dalam berkomunikasi. Simpulan dan saran penelitian adalah, sebuah pemaknaan tidak didapatkan dari proses yang sama. Setiap informan mengalami berbagai proses sebelum memberikan pemaknaan pada Khilafah yang diperjuangkan bersama Hizbut Tahrir. Karena perbedaan makna itulah sering terjadi perdebatan atau konflik dalam proses dakwah informan. Oleh sebab itu dibutuhkan pemaknaan baru bagi anggota Hizbut Tahrir untuk memaknai Khilafah dari sisi orang lain atau masyarakat sekitar agar proses komunikasi dapat berlangsung efektif. Peneliti menyarankan agar setiap informan dapat melakukan penyampaian pesan ideologinya dengan cara yang lebih bertahap. Bisa dengan diawali dialog ringan tentang ibadah, lalu mulai ke fenomena di masyarakat, sampai akhirnya berbicara tentang sistem pemerintahan dalam konsep Khilafah.
This research explain about meaning of Khilafah by members of Hizbut Tahrir Indonesia in West Java. The method used in this research is the study of phenomenology to observe the formation process of Khilafah meaning by members of Hizb ut-Tahrir Indonesia. The aim is to comprehen and explain the meaning of the intersubjective experience for knowing the Khilafah by the informants, by knowing the motive, self-concept, and communication barriers experienced by informants while being a member of Hizb ut-Tahrir and also as students of university at the same time. Hizb members who become researcher’s informants are Rahma, Princess, Staviera and Robi. All informants are students and members of Hizb ut-Tahrir who have been sworn in as the bearer of the message of Hizb ut-Tahrir. The results showed the motive of Hizb members in selecting the Hizb ut-Tahrir Indonesia as the way of preaching is the motive “cause and for”, all informants are agree to answer the cause motive based on the past; the family or friends, and for the future, and in order to become a better person by the standards of religion to get heaven. The self-concept is formed in them is as students who have a higher standard of education, are responsible for providing an understanding and awareness in the community who do not understand about the Khilafah. Informants judge that they acted as a knowledge giver, the one who aware, provides advice, a helper and a solver of problems that occur in their social environment. Barriers that occured are disturbance, latent motivations, interests or prejudices. Lack of knowledge or differences in the meaning of the Hizb’s ideas and thoughts about the Khilafah is a major barrier for Hizb members in communicating. Conclusion and suggestion of this research is the meaning can not be obtained from the same process. Each informant has various processes before giving the meaning to the Khilafah who fought for the Hizb. Due to the difference of the meaning, the debate or conflict in the process of informant’s propaganda is Therefore, the need of a new meaning for the members of Hizb ut-Tahrir to interpret the Khilafah from the other perspectives or the community, so that the communication process can take place effectively. Researcher suggested that each informant may perform messaging ideology with more gradual way. Dialogue could begin with the easy way about worship, then to the phenomena in the society, and finally to talk about the system of government in the concept of Khilafah.