Abstrak RSS

Faktor-faktor Psikologis Munculnya Korupsi Di Indonesia

Faktor-faktor Psikologis Munculnya Korupsi Di Indonesia
Dr. Zainal Abidin, M.Si
Universitas Padjadjaran, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
, , , , , , , , , ,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tentang korupsi, norma sosial, penegakan hukum, standar hidup, kriteria sukses dalam kehidupan dan pengaruhnya terhadap perilaku korupsi. Sampel penelitian diambil berdasarkan ranking indeks korupsi menurut Transparency International Indonesia. Partisipan terdiri dari para PNS sebanyak 164 dari Yogyakarta, 140 dari Palangkaraya, 123 dari Tegal, dan 111 dari Kupang. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner dan diskusi kelompok terfokus (Focus group Discussion/FGD). Teknik statistic ANOVA dan Ftegresi Linier dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16.0, sementara data dari FGD dianalisis dengan metode pengkodean secara kualitatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi tentang korupsi, penegakan hukum, dan norma sosial memiliki pengaruh pada pemunculan perilaku korupsi, akan tetapi persepsl ttg standar hidup kurang memberikan kontribusi yang signifikan. Panelitian ini juga merekomendasikan untuk pertama, perlu mensosialisasikan pengertian korupsi dan tindak korupsi secara lebih tegas dan jelas, kedua, lebih menggalakkan penegakan hukum dan kontrol sosial dari lingkungan sebagai penguat negative terhadap sanksi korupsi, ketiga, karena korupsi berkaitan dengan persepsi sebagai suatu produk budaya masyarakat, penelitian yang mengikut sertakan aspek budaya sebagai salah satu faktor tampaknya merupakan hal yang perlu diutamakan dalam penelitian tentang korupsi selanjutnya.

This study intended to examine more deeply about the civil officer’s perception toward corruption, social norm, law enforcement, standards of living, criteria for success in life, and the effect of those voriabels towards corruption. Samples ore civil servants from 4 cities, that is Vogyakarta (164), Palangkaraya (140), regal (123), and Kupang. Data retrieval is done by Questionnaires and Focus Group Discussions. The quantitative data are statistically processed with descrriptive statistical techniques, ANOVA, and Linear Regression with SPSS 16.0 software support, while the qualitative data from FGDs were analyzed with coding qualitative methods. The conclusion drawn from this research are the perception of corruption, low enforcement, and social norms have an impact on the appearance of corruption behavior, but the perception of living standards does not contribute significantly to the emergence of corruption behavior. The recommendation from this study are : first, it is important to socialize the definition whether the certain behaviors are corruption or not with a clear and distinct definition. Second, the low enforcement and control social must be given as the negative reinforcement to extinct corrupt behavior, third, it is important to make a study with social culture os the ‘comprehensive factor’ for the corruption behavior.

Download: .Full Papers