Abstrak
Lesi Baru Pada Pemfigoid Bulosa Yang Diduga Dicetuskan Oleh Infeksi Sekunder
Lysa Mariam, Vina Feriza, Hilman Wildan Latief, Hartati Purbo Dharmadji, Endang Sutedja, Oki Suwarsa
Universitas Padjadjaran, Buku Program dan Abstrak KONAS XIV PERDOSKI Bandung 26-29 Agustus 2014 The Trans Luxury Hotel
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Buku Program dan Abstrak KONAS XIV PERDOSKI Bandung 26-29 Agustus 2014 The Trans Luxury Hotel
bystander activation, epitope spreading, molecular mimicry, Pemfigoid bulosa, superantigen.
Pemfigoid bulosa (PB) merupakan penyakit autoimun dengan gejala bula subepidermal yang umumnya terjadi pada usia tua. Karakteristik PB diawali dengan timbulnya urtika dan atau makula eritema yang terasa gatal, kemudian timbul bula berdinding tegang di atas permukaannya. Faktorfaktor yang diduga menjadi pencetus PB adalah penyakit keganasan, autoimun, saraf, obat-obat, dan infeksi. Kasus: Seorang wanita berusia 64 tahun datang dengan bula berdinding tegang disertai dengan erosi dan krusta yang terasa gatal di hampir seluruh tubuh. Sejak perawatan hari ke-2 dengan kortikosteroid (KS) sistemik setara 2 mg/kgBB prednison, mengalami perbaikan berupa tidak timbul bula baru dan sebagian lesi erosi mengering. Pada hari ke-5 perawatan timbul bula berdinding tegang di kedua punggung kaki. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, granula toksik, dan pemeriksaan kultur dari lesi erosi di bokong ditemukan Klebsiella pneumonia. Pasien mendapatkan terapi tambahan siprofloksasin 2×500 mg/hari. Pada hari ke-10 pemberian siprofloksasin, didapatkan perbaikan klinis berupa tidak timbul bula baru. Terapi siprofloksasin diberikan selama 14 hari, KS sistemik diturunkan secara bertahap, dan tidak timbul bula baru. Pembahasan: Infeksi sekunder pada lesi erosi merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada PB. Infeksi dapat mencetuskan penyakit autoimun melalui mekanisme molecular mimicry, bystander activation, epitope spreading, dan superantigen. Terapi pilihannya adalah antibiotik adekuat dan KS sistemik memberikan respons yang baik pada kasus ini.