Abstrak RSS

Teknik Insersi Kateter Tenckhoff Dengan Metode Bandung

Teknik Insersi Kateter Tenckhoff Dengan Metode Bandung
Rudi Supriyadi
Universitas Padjadjaran, Proceeding Workshop Nefrologi Intervensi & Simposium Dialis 2015 19-21 Tema Optimalisasi peranan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi di bidang Nefrologi intervensi Optimalisasi pelayanan dialisis pada era JKN Februari 2015 Hotel Hilton Bandung ISBN : 978-602-7628-20-5
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Proceeding Workshop Nefrologi Intervensi & Simposium Dialis 2015 19-21 Tema Optimalisasi peranan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi di bidang Nefrologi intervensi Optimalisasi pelayanan dialisis pada era JKN Februari 2015 Hotel Hilton Bandung ISBN : 978-602-7628-20-5
, ,

Dialisis peritoneal berkesinambungan (CAPD) merupakan salah satu pilihan teknik dalam terapi pengganti ginjal. Kelebihan CAPD bagi pasien diantaranya adalah kebebasan dalam tempat dan mesin sehingga tidak tergantung pada mesin di klinik/rumah sakit, begitu pula dengan kesulitan geografis Pemasangan kateter Tenckhoff untuk pemakaian dialisis peritoneal berkesinambungan atau CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) meliputi berbagai teknik yaitu teknik bedah dan teknik bed side. Teknik bedah dapat dikerjakan dengan terbuka maupun secara laparaskopik sedangkan teknik bed side dapat dikerjakan dengan teknik Seldinger, teknik peritonesokopik dan teknik trokar. Teknik Seldinger kemudian dikembangkan menjadi teknik perkutaneus dengan kawat pemandu (metode Bandung). Pemasangan kateter Tenckhoff oleh nefrologis masih jarang dilakukan. Di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, perlu dicari suatu metode pemasangan yang praktis, sederhana, tidak memerlukan alat yang canggih, tetapi efektif dan aman. Penelitian observasional terhadap keberhasilan pemasangan kateter Tenckhoff untuk CAPD dengan metode Bandung. Data disajikan secara deskriptif. Dari Mei 2012–Juli 2013, telah dilakukan pemasangan kateter Tenckhoff terhadap 34 (21 laki-laki, 13 perempuan) penderita penyakit ginjal kronik stadium akhir. Usia rata-rata adalah 50.91 tahun (antara 14-77 tahun). Sayatan kulit 1-2 cm di bawah umbilikus sepanjang 3 cm yang diikuti dengan membuka jaringan secara tumpul sampai tampak peritoneum dilaksanakan dengan anastesi lokal. Jarum introducer dimasukkan ke dalam rongga panggul. Kawat pemandu dimasukkan melalui jarum, kemudian jarum tersebut dikeluarkan dan dimasukkan dilator melalui kawat pemandu. Kawat pemandu dan dilator dikeluarkan, kateter Tenckhoff dimasukkan dengan panduan stilet. Komplikasi awal, dalam 30 hari, setelah insersi kateter terjadi pada 5 penderita, yaitu 1 perdarahan (3%), 1 obstruksi outflow (3%), 1 malposisi (3%), 1 infeksi exit-site (3%) dan 1 peritonitis (3%) dimana pada penderita ini dilakukan pencabutan kateter. Komplikasi lanjut (> 30 hari) terjadi pada 1 penderita (3%) yaitu malposisi kateter yang tidak bisa diperbaiki, sehingga kateter harus dicabut. Pengalaman dan keahlian dokter bersama pendekatan multidisiplinserta pemilihan dan pemilahan pasien untuk optimalisasi PD, teknikinsersi kateter dan pencegahan komplikasi dapat meningkatkankelangsungan hidup pasien dan mengurangi morbiditas. Metode Bandung merupakan teknik pemasangan kateter Tenckhofyang praktis, sederhana, efisien dari segi biaya, tidak memerlukanalat yang canggih dan ruang operasi, aman, dan komplikasi yangrelatif rendah. Teknik ini sangat berguna bagi negara-negara berkembang.

Download: .Full Papers