Abstrak
Laporan Hasil Penelitian Hibah Produk Perlindungan Tanaman (Program Beibah Kompetisi A3 Tahun 2008) Pengelolaan Terintegrasi Menggunakan Parasitoid, Pola Tanam, Dan Insektisida Botani Terhadap Ulat Kubis Crocidolomia Pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae) Dan Plutella Xylostella L. (Lepidpotera: Yponomeutidae)
Dr. Danar Dono, Ir., MSi.
Universitas Padjadjaran, Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan
Aglaia odorata, Barringtonia asiatica, Bemisia tabaci, Crocidolomia pavonana, Formulasi, Insektisida Botani, Meloidogine sp.
Crocidolomia pavonctna (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan salah satu hama penting tanaman famili Brassicaceae di Indonesia. Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif pengendali hama adalah Barringtonia asiatica (Lecythidae) dan Aglaia odorata (Meliaceae). Selain itu, Trichogramma (Hymenoptera: Trichgrammatidae) juga berpotensi sebagai alternatif pengendali lainnya. Penelitian dilakukan untuk membuat formulasi ekstrak biji B. asiatica sebagai sumber insektisida botani dan studi pengaruhnya terhadap agens pengendali biologi baru dalam pengendalian serangga C. pavonana. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuat formulasi kapsul insektisida botani ekstrak biji B. asiatica dan Aglaia odorata yang dapat dimanfaatkan petani sebagai alternatif dalam pengendalian serangga hama. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk 1) merancang dan mengembangkan formulasi Kapsul ekstrak biji B. Asiatica, 2) mengevaluasi aktivitas insektisida formulasi terhadap a) ulat krop kubis Crocidolornia pavonana dan Plutella xylostella serta kearnanan terhadap musuh alami hama dan kompatibilitasnya dengan pola tanam c) hama yang sangat polifagus Bemisia tabaci, e) nematoda bengkak akar tanaman tomat Meloidogyne sp. Penelitian menghasilkan produk insektisida botani formulasi kapsul dengan bahan aktif ekstrak biji B. asiatica (BA 20K) dan ekstrak ranting A. Odorata (AO 20K). Formulasi kapsul dan formulasi WP (tabur) dari ekstrak biji B. asiatica dan ranting A. odorata dapat menyebabkan mortalitas pada larva C. pavonana. Mortalitas larva C. pavonana mulai terlihat meningkat pada lima hari setelah aplikasi. Pada sebelas hari setelah aplikasi merupakan puncak mortalitas, hal tersebut terlihat pada perlakuan formulasi WP B. asiatica 2 g, formulasi kapsul B. asiatica 1 g dan formulasi kapsul A. odorata 1,5 g menunjukan mortalitas larva C. pavonana yang tinggi yaitu secara berturut¬turut 56,67%, 46,67% dan 36.67%. Pada perlakuan formulasi kapsul B. asiatica 2 g menunjukkan toksisitas yang stabil terhadap mortalitas larva C. pavonana. Dari semua dosis formulasi kapsul yang diuji tidal( menunjukkan gejala fitotoksik pada tanaman uji. Perlakuan dengan kapsul ekstrak A.oclorata dengan dosis 0,5 g,1 g, 1,5 g per tanaman dapat menekan pembentukan gall dan populasi juvenil lI Meloidogyne spp. Pemberian kapsul ekstrak ranting A. odorata dengan dosis 1,5 g per tanaman dapat menekan pembentukan gall pada akar tanaman tomat sebesar 86,54 %, dan menekan jumlah juvenil 11 Meloidogyne spp. dalam 100 ml tanah sebesar 81,67 %. Walaupun demikian, dosis ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Semua perlakuan formulasi kapsul ekstrak B. asiatica dapat menyebabkan mortalitas terhadap imago B. tabaci. Mortalitas imago B. tabaci meningkat tajam dari hari ke-5 sampai had ke-11 setelah aplikasi pada semua dosis yang diujikan. Perlakuan 2 gram formulasi kapsul ekstrak B. asiatica dapat menyebabkan mortalitas tertinggi sebesar 73,88% pada hari ke-15 setelah aplikasi, tetapi tingkat keefektifannya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan karboffiran yang dapat menyebabkan mortalitas sebesar 98,61%. Dad semua dosis yang diujikan, formulasi kapsul ekstrak B. asiatica tidak menimbulkan fitotoksik pada tanaman tomat.