Abstrak
Laporan Akhir Riset Andalan Perguruan Tinggi Dan Industri (Rapid Tahun Ke-1) Pengembangan Formulasi Insektisida Botani Ekstrak Biji Barringtonia Asiatica Skala Industri Sebagai Implementasi Pertanian Organik Pada Perkebunan Tebu
Dr. Danar Dono, Dr. Wahyu Daradjat Natawigena, Dr. Unang Supratman, Haryono, Ir.
Universitas Padjadjaran, Kementrian Pendidikan Nasional, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Kementrian Pendidikan Nasional, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Azadirachta, Baringtonia asiatica, Formulasi, insektisida nabati, tebu
Indonesia memiliki keragaman hayati yang tinggi. Salah satunya yaitu keragaman tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tumbuhan alternatif pengendalian hama. Barringtonia asiatica (Lecythidae), Azadirachta indica, Melia azaderach, dan Aglaia odorata (Meliaceae), merupakan tumbuhan yang mempunyai bioaktivitas terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman meliputi serangga, nematoda, dan memiliki sifat anti jamur patogen tanaman. Setelah aktivitas insektisida suatu bahan tumbuhan diketahui, untuk penggunaannya diperlukan suatu bentuk formulasi yang disiapkan dengan pelarut organik guna memudahkan aplikasinya di lapangan dan untuk mengatasi jika ketersediaan bahan di suatu lokasi terbatas dan untuk mengatasi kelemahan penggunaan dengan pelarut air. Selain itu, pembuatan formulasi ini dapat meningkatkan penyimpanan, penanganan, keefektifan dan keamanan. Penggunaan senyawa insektisida yang berasal dari tumbuhan/nabati dimaksudkan untuk menghindari penggunaan insektisida sintetik yang diketahui mempunyai berbagai dampak negatif terhadap ekologi dan kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan insektisida nabati harus ditingkatkan termasuk ketersediaan dan kemudahan memperolehnya dalam rangka menunjang penerapan pertanian organik. PT PG Rajawali II Jatitujuh, Cirebon dalam mengelolaan perkebunan tebunya telah berupaya menerapkan pertanian organik. Sebagai contoh penggunaan pupuk organik berbahan dasar limbah pengolahan tebu danmikroba dekomposer dan sumber unsur makro yang diproduksi sendiri oleh PT PG Rajawali II. Namun, penerapan pertanian organik tersebut perlu ditingkatkan dalam hal penanganan organisme pengganggu tanaman yang selama ini masih tergantung dengan bahan kimia sintetik. Untuk itu PT PG Jatitujuh perlu mengembangkan sarana pengendalian OPT yang ramah lingkungan yaitu dengan pengembangan pestisida nabati asal tanaman B. Asiatica. Penelitian dilakukan untuk mengisolasi dan karakterisasi senyawa aktif ekstrak biji B. asiatica. Isolasi senyawa aktif dilakukan melalui proses ekstraksi, fraksinasi, kromatografi vakum cair, kromatografi kolom, kristalisasi, dan karakterisasi senyawa bioaktif. Selain itu penelitian bertujuan untuk membuat dan mempelajari bioaktivitas formulasi wetable powder, emulsifiable concentrate, granule/butiran, dan formulasi kapsul ekstrak biji B. asiatica sebagai sarana pengendalian berbagai serangga hama pengganggu pada tanaman tebu. Organisme pengganggu tanaman tersebut antara sesamia inverens, chilo sachariphagus (perusak/penggerek pucuk), Ceratovacuna lanigera, Apogonia (pemakan akar), Macrotermes (rayap) dan tikus Rattusargentiventer dan Rattus exsulans, yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar jika tidak dilakukan tindakan pengendalian. Formulasi yang dirancang tersebut diharapkan memiliki efisiensi dan efektifitas yang tinggi dan lebih aman terhadap organisme bermanfaat misalnya parasitoid dan predator dalam pengujian di laboratorium dan di lapangan. Penelitian menghasilkan produk utama berupa formulasi insektisida botani baru berupa formulasi tepung, cairan pekatan, butiran, tablet dan formulasi kapsul yang berasal dari ekstrak biji B. asiatica yang merupakan teknologi tepat guna yang dapat dikomersialkan dan dapat dipergunakan untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan dipatenkan. Selain itu, dari penelitian kemitraan ini juga akan dihasilkan metode perbanyakan tanaman dan kebun produksi biji tanaman B. Asiatica dan laboratorium pengolahan ekstrak menjadi insektisida/pestisida nabati yang siap dipasarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji Barringtonia asiatica bersifat toksik terhadap penggerek batang tebu Chilo sacchariphagus dengan nilai LC50 sebesar 0,34% pada 16 hari setelah aplikasi (HAS). Ekstrak biji B. asiatica bersifat antifeedant (penghambat aktifitas makan) memperpanjang waktu perkembangan dan menghambat pertumbuhan larva C.sacchariphagus. Ekstrak biji B. asiatica bersifat toksik terhadap mencit putih (Mus musculus) dengan 1514 ppm dan digolongkan kedalam skala toksistas 3 yaitu senyawa yangtoksisitasnya sedang. Ekstrak biji B. asiatica mempengaruhi sistem syaraf pusat mencit putih, mengakibatkan perubahan pada organ detoksifikasi, meningkatkan produksi urin, menurunkan laju konsumsi dan produksi faces, dan menurunkan pertumbuhan bobot mencit, sehingga implikasi dari penelitian ini ekstrak biji B. asiatica selain berpotensi dikembangkan menjadi insektisida juga berpotensi dikembangkan menjadi rodentisida untuk pengendalian tikus yang sering (hama utama) menyerang tanaman tebu. Produksi skala terbatas formulasi insektisida berbahan aktif ekstrak biji B. Asiatica yaitu berupa Formula Tepung (T) dengan konsentrasi bahan aktif (ekstrak) 25% (Ba 25T) dan Formula Kapsul (K) dengan kadar bahan aktif 25% (Ba 25K). Prosedur dan Formulasi yang berhasil dibuat sedang dalam proses penyusunan draft paten. Pembibitan tanaman B. asiatica dapat dilakukan dengan stek dan biji. Pembibitan dengan stek lebih baik menggunakan stek muda dari pada stek yang lebih tua, namun dengan keberhasilan rendah. Pembibitan dengan biji menghasilkan daya tumbuh 98%, namun penggunaan biji memerlukan waktu perkecambahan yang cukup lama (sekitar 30 hari). Penanaman tanaman B. asiatica dan pembuatan kebun produksi bahan baku telah dilakukan untuk penanaman 200 bibit (pohon). Laboratorium produksi formula insektisida berbahan aktif ekstrak biji B. Asiatica dan peralatan telah disiapkan meliputi peralatan pembuat serbuk biji berkapasitas 30 kg per jam, alat maserasi untuk perendaman serbuk biji dan penyaringan ekstrak berkapasitas 50 liter, alat evaporasi untuk pemekatan ekstrak berkapasitas 25 liter, dan oven untuk pengeringan biji B. asiatica dan pengering formula berkapasitas 30 kg. Pelatihan pengembangan insektisida berbahan aktif ekstrak tanaman (insektisida botani) bagi staf R&D PT PG Jatitujuh telah dilakukan. Namun, diperlukan pendampingan lebih intensif hingga dicapai teknisi yang akhli.