Abstrak
Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Optimasi Sumberdaya Lahan Pada Kondisi Keterbatasan Fasilitas Irigasi
Dr. Lies Sulistyowati, Ir., MS
Universitas Padjadjaran, Tulisan ini merupakan kontribusi dari Dr. Lies Sulistyowati, Ir., MS. Dosen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Unpad Dalam Buku Membangun Kedaulatan Pertanian : Perspektif Alternatif Untuk Mewujudkan Daya Saing Berkelanjutan Prof. Dr. H. Maman Haeruman Karmana, Ir., M. Sc., Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Tulisan ini merupakan kontribusi dari Dr. Lies Sulistyowati, Ir., MS. Dosen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Unpad Dalam Buku Membangun Kedaulatan Pertanian : Perspektif Alternatif Untuk Mewujudkan Daya Saing Berkelanjutan Prof. Dr. H. Maman Haeruman Karmana, Ir., M. Sc., Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Padjadjaran
pendapatan petani
Berbicara mengenai nasib petani di Indonesia memang tidak ada habisnya. Suatu yang sangat ironi, bahwa disatu sisi petani sangat berjasa dalam membawa Indonesia swa-sembada beras pada tahun 1998, bahkan sekarangpun dituntut berjuang untuk mencapai target surplus 100 juta ton pada tahun 2014. Namun di sisi yang lain, kesejahteraannya kurang diperhatikan oleh pemerintah. Kajian Sadikin (2009), berdasarkan kinerja indeks nilai tukar pendapatan petani (NTPP) di sentra produksi padi di Jawa Barat mencapai 1,00 sampai 1,20, sedangkan indeks nilai tukar petani (NTP) antara 86,94 sampai 100,60. Nilai tukar petani (NTP) didefinisikan sebagai rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), oleh karena itu NTP dapat dipakai sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani. Dari hasil NTP yang diperoleh, maka dapat disimpukan kan bahwa tingkat kesejahteraan petani padi termasuk relatif kurang bail( (rendah). Di tingkat mikro, pendapatan petani yang rendah itu diperberat lagi dengan kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian yang sempit. Rata-rata luasan lahan usaha yang < 0,5 hektar, akan sulit memenuhi skala economis,