Abstrak
Studi Komparatif Sistem Penjualan Komoditas Mangga (Secara Tebasan Dan Non Tebasan) Sebagai Gejala Melemahnya Involusi Pertanian
Zumi Saidah, Ronnie S Natawidjaja, Lies Sulistyowati
Universitas Padjadjaran, Prosiding Konferensi Nasional XVII dan KOngres XVI Tahun 2013 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia IPB International Convention Centre Bogor, 28 - 29 Agustus 2014
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Prosiding Konferensi Nasional XVII dan KOngres XVI Tahun 2013 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia IPB International Convention Centre Bogor, 28 - 29 Agustus 2014
non tebasan, Penjualan mangga, tebasan, tenaga kerja
Mangga (Mangifera indica) merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, mampu berperan untuk meningkatkan pendapatan petani, serta mendukung perkembangan industri dan ekspor. Pengembangan komoditas mangga di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat, telah banyak dilakukan baik secara individu maupun dalam kaitan dengan program pengembangan komoditas unggulan daerah melalui suatu sistem agribisnis. Namun berdasarkan beberapa hasil pengkajian dan penelitian agribisnis menunjukkan bahwa sistem pemasaran dan perawatan mangga masih bersifat konvensional dan belum banyak berubah. Produksi mangga masih didominasi oleh produksi dari pohon yang tidak mendapatkan pemeliharaan dan tidak diusahakan secara intensif, ditanam di sekitar halaman rumah dan kebun campuran. Selain itu sistem penjualan buah mangga yang masih belum berpihak pada petani, membuat banyak petani mangga yang melakukan penjualan mangga dengan mengggunakan sistem tebasan. Sistem panen tebasan ini memberikan andil besar untuk semakin ditinggalkannya sistem panen dengan cara tradisional. Penebas pada umumnya menginginkan hash’ yang maksimal dengan menentukan cara perawatan dan pemanenan yang menurutnya lebih menguntungkan. Selain itu, karena penebas tidak memiliki keterikatan dengan komunitas petani, biasanya penebas akan menggunakan pekerja dengan sistem buruh upahan yang berasal dari daerahnya. Dengan adanya pengurangan kesempatan kerja pada sistem tebasan ini tentunya akan mengurangi tenaga kerja di pedesaan. Walaupun telah banyak petani yang menjual mangganya dengan sistem tebasan, tetapi masih ada petani yang tidak menebaskan mangganya. Berdasarkan keadaan inilah, maka dianggap perlu mengadakan penelitian agar diperoleh gambaran tentang sistem penjualan mangga terkait dengan penggunaan tenaga kerja serta faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam sistem penjualan mangga baik secara tebasan maupun non tebasan.