Abstrak
Laporan Penelitian Peneliti Muda (LITMUD) Unpad Dokumentasi Peninggalan Arkeologis Dan Tradisi Lisan Di Kabupaten Bandung
Ketua : Prof. Dr. Hj. Nina H. Lubis, M. S., Anggota I : Etty Saringendyanti, Dra., M. Hum., Anggota II : Miftahul Falah, S. S.
Universitas Padjadjaran, Pusat Penelitian Kemasyarakatan Dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran November
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Pusat Penelitian Kemasyarakatan Dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran November
kota bandung, Peninggalan Arkeologis, Tradisi Lisan
Di Kabupaten Bandung begitu banyak situs peninggalan arekologi baik yang berasal dari zaman prasejarah, zaman Hindu/Budha, maupun zaman Islam. Selain itu, tidak sedikit situs arkeologis yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Bandung yang memperlihatkan perpaduan antarzaman. Situs tersebut lazim disebut sebagai situs berkelanjutan yaitu situs yang masih dipakai oleh masyarakat meskipun telah ganti zaman. Hal tersebut nampak dari beberapa situs prasejarah atau Hindu/Budha tetapi memperlihatkan pengaruh Islam yang kuat. Selain kaya akan peninggalan arkeologis, Kabupaten Bandung pun memiliki kekayaan hasil budaya masa lampau yang terekam dalam bentuk tradisi lisan. Banyak dongeng yang masih hidup di masyarakat Kabupaten Bandung, terutama masyarakat di sekitar situs arkeologis. Permasalahannya adalah baik situs arekologi maupun tradisi lisan tersebut belum terdokumentasikan secara baik. Akibatnya, kebanyakan masyarakat Kabupaten Bandung tidak mengetahui keberadaan situs dan tradisi lisan tersebut. Jika hal tersebut dibiarkan, maka situs dan tradisi lisan tersebut akan punah sehingga masyarakat yang hidup di masa sekarang dan masa depan akan kehilangan kontak budaya dengan masa lampaunya. Oleh karena itu, upaya mendokumentasikan tinggalan arkeologi dan tradisi lisan menjadi begitu penting setidaknya untuk melestarikan warisan kebudayaan nenek moyang. Secara umum, penelitian ini menggunakan metode sejarah karena di dalamnya akan mengungkap upaya rekonstruksi masa lampau dengan menggunakan sumber arkeologi dan tradisi lisan. Metode sejarah itu sendiri terdiri atas empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, dalam penelitian ini pun disertakan juga metode penelitian yang biasa dipergunakan dalam penelitian arkeologi. Walaupun demikian, dalam penelitian tidak dilakukan ekskavasi karena situs yang diteliti merupakan situs yang telah ada. Observasi dan deskripsi merupakan langkah dari metode penelitian arkeologi yang dipakai dalam penelitian ini. Dengan memadukan antara penelitian sejarah dan penelitian arkeologis terungkap bahwa sebagian besar situs arkeologi dan tradisi lisan masih belum terdokumentasikan secara baik. Akibatnya, kekayaan budaya tersebut belum secara efektif dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat yang membutuhkan informasi kebudayaan masa lampau. Pemerintah Kabupaten Bandung pun belum secara optimal melakukan pelestarian terhadap peninggalan kebudayaan tersebut. Sosialisasi dan promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung belum menyentuh ke berbagai lapisan masyarakat sehingga informasi budaya masa lampau yang terkandung di dalam situs dan tradisi lisan tersebut belum terserap oleh masyarakat.
There are many archeological heritage sites in Bandung regency, spanning from the prehistoric, Dutch-Indies, and Islamic era. There are also archeological sites showing inter-era mixture. Those kinds of sites are normally called “continuing sites”, which means that those sites were still used by the community even after the change in era. It shows from some prehistoric or DutchIndies. sites that show strong Islamic influence. Besides rich in archeological heritage, Bandung regency also owns past cultural treasures recorded in verbal traditions. Many folklores still live in the Bandung regency society, especially people around the archeological sites. The problem is, both the sites and the folklores are not well documented. As the result, many people of Bandung regency are not aware of the existence of neither the sites nor the folklores. If it persists, the sites and the folklores might become extinct and the people in the future and the present will lose contact with their culture from the past. Therefore, efforts to document archeological heritage and verbal tradition have become vital, at least to preserve ancestral heritage. Generally, this research used historical method since it reveals past reconstruction efforts by using archeological and verbal tradition sources. The historical method itself consists of four stages which are heuristic, critic, interpretation and historiography. To obtain the optimum result, the research method used in archeological research was also included. This research, however, did not include excavation since the researched sites are all existing ones. Observation and description are the steps used from the archeological method. By combining historical and archeological research, it is revealed that most archeological sites and verbal traditions are not yet well documented. Therefore, the cultural heritage is yet to be optimally utilized by people needing information on pas culture. The Bandung regency government has not preserving the heritage optimally. The promotion and sociallization done have yet to touch all aspects and layers of the society, and the information on past culture contained in the sites and verbal tradition have not yet absorbed by the society.