Abstrak RSS

Sebelum & Sesudah G 30 S

Sebelum & Sesudah G 30 S
Prof. Dr. Nina H. Lubis, M.S.
Universitas Padjadjaran, Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat

Beberapa tahun terakhir ini, kita membaca di jejaring sosial, berbagai komentar, opini, tentang Peristiwa G 30 S, yang kadang-kadang memutarbalikkan fakta. Entah karena ketidaktahuan, atau kesengajaan. Peristiwa itu sudah 47 tahun berlalu, namun luka sejarah bangsa itu masih terasa memedihkan hati. Berbagai tulisan tentang peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965/ Satu Oktober 1965 itu banyak ditulis orang, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Baik berupa karya ilmiah (disertasi) ataupun laporan ilmiah, bisa juga berupa memoar atau biografi, bahkan novel. Ya, rekonstruksi sejarah itu sah-sah saja ditulis berkali-kali, bukankah sejarah adalah “dialog antara masa lalu dan masa kini “, demikian kata E.H. Carr. Bapak sejarawan dunia, Leopold von Ranke (1795-1886) menyatakan bahwa sejarah itu: “wie est eigentlicht gewesen ist” (haruslah ditulis sebagaimana ia terjadi). Namun, tak mungkin hal itu dicapai 100 %. Dengan metode sejarah kritis, paling tidak rekonstruksi sejarah harus diusahakan bersifat obyektif.

Download: .Full Papers