Abstrak
Peran Tanam Sela dan Tumpangsari Bersisipan Berbasis Padi Gogo Toleran Naungan
Yuyun Yuwariah AS
Universitas Padjadjaran, Penerbit Pustaka Giratuna Cetakan ke-1 Januari 2015 ISBN 978-602-70405-1-9
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Penerbit Pustaka Giratuna Cetakan ke-1 Januari 2015 ISBN 978-602-70405-1-9
Padi Gogo Toleran Naungan, Tanam Sela, Tumpangsari
Penelitian dilaksanakan untuk menyeleksi 40 genotipe padi gogo toleran naungan dan mengkaji respons tanaman kacang hijau sebagai tanaman tumpang sari bersisipan di antara tanaman sela padi gogo toleran naungan sehingga diperoleh ketetapan besaran produktivitas lahan yang dinyatakan dalam Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL). Percobaan telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, dalam dua tahap selama tiga periode tanam. Percobaan tahap pertania dilaksanakan di lapangan dari bulan April sampai dengan Oktober 2010, yaitu seleksi toleransi 40 genotipe padi gogo. terrnasuk tiga kultivar cek (Jatinangor, Situbagendit, dan Cirata) yang ditanam pada lingkungan yang ternaungi dengan paranet (intensitas cahaya matahari 50%), dan lingkungan terbuka atau tanpa naungan (intensitas cahaya matahari 100%), dalam Itaneangan Acak Kelompek (RAK) diulang dua kali. Percobaan tahap dua dilaksanakan di tempat yang sama, dari bulan Desember 2010 sampai Januari 2011 (persiapan dan penanaman padi gogo kultivar Dodokan) yang terselek.si toleran naungan, sedangkan 5 waktu penyisipan dua kultivar kacang hijau (Kenari dan No. 129) di antara padi gogo yaitu 25, 20, 15, 10, dan 5 hari sebelum panen padi gogo, dilaksanakan dari bulan Januari sampai April 2011, dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), diulang tiga kali Hasil percobaan menunjukkan bahwa (1) genotipe G27 (Dodokan) dari hasil analisis perubahan penampilannya positif, dengan karakter tinggi tanaman (0,30), jumlah anakan maksimurn (0,20), kandungan klorofil vegetatif (0,35), dan kandungan klorefil generatif (0,32), sedangkan dari hasil analisis LSI selain empat karakter tersebut, karakter jumlah anakan maksimum penampilannya lebih balk, dibandingkan dengan beberapa kultivar ceknya, dengan demikian G27 (Dodokan) menunjukkan toleransi terhadap naungan, dan penampilannya lebih baik dari kultivar cek Jatiluhur. Situbagendit, dan Cirata untuk karakter tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, dan jumlah anakan produktif, demikian pula kandungan klorofil vegetatif dan generatif lebih baik dari kultivar Situbagendit dan Cirata, sehingga dapat dijadikan sebagai tanaman sela dan tumpangsari bersisipan dengan kacang hijau; (2) rentang waktu penyisipan kacang hijau di antara padi gogo dengan kisaran waktu 25, 20, dan 15 hari sebelum panen padi gogo, menunjukkan pertumhuhan dan hasil kedua kultivar kacang hijau (Kenari dan No. 129), lebih baik dibandingkan perlakuan 10, dan 5 hari sebelum panen padi gogo, yang berdampak lebih baik pula terhadap Nisbah Kompetisi dan Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL), dengan besaran masing-masing kultivar 1.77, 1.53, 1.27 dan 1.77, 1.53, 1.63.