Abstrak 
Pengujian Efektivitas Pupuk Kiserit GFERT Pada Tanaman Jagung Di Jatinangor ( Laporan Akhir )
Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, MS., Prof. Dr. Ir. Hj. Yuyun Yuwariah, MS. , Dr. Ir. Jajang Sauman Hamdani, MS. , Diyan Herdiyantoro, SP., MSi.
Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Jagung (Zeta mays), Pupuk Kiserit GFERT
Jagung (Zeta mays) merupakan salah satu tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan dalam menunjang pendapatan petani karena sampai saat ini produksi jagung dalam negen belum mencukupi kebutuhan. Kebutuhan jagung di dalam negeri terus meningkat, sementara produksi nasional masih rendah yaitu rata-rata 3,4 ton/ha sedangkan potensinya dapat mencapal 8 ton/ha. Salah satu penyebab rendahnya hasil tanaman adalah kondisi agroekologi yang tidak menunjang, khususnya hasil tanaman pada lahan kritis. Lahan kritis mengandung berbagai masalah, antara lain sifat fisika, kimia dan biologinya yang kurang mendukung, misalnya miskin hara, pH rendah, bahan organik kurang, drainase dan aerasi tidak balk dan mikroorganisme menguntungkan di dalam tanah kurang sehingga tidak mendukung siklus hara di dalam tanah, Untuk meningkatkan hasii jagung pada lahan kritis, diperlukan pengelolaan yang intensif dan diikuti dengan usaha perbaikan kesuburan tanah (sifat fisika, kimia dan biologi tanah). Tanah jenis Ultisols dan Inseptisols merupakan dua jenis tanah yang bermasalah dalam menyediakan hara bagi pertumbuhan tanaman. Ultisols bersifat masam dan kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini mempunyai kandungan Al yang tinggi dan unsur hara yang rendah. Jenis tanah ini Iuasnya diperkirakan 48.000.000 ha terutama di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya, Agar tanah ini menjadi produktif diperlukan pengelolaan yang tepat. Inseptisols merupakan tanah muda yang dicirikan dengan tingkat perkembangan profit yang belum matang den hanya sebagian kecil saja bahan induk yang telah mengalami pelapukan sehingga ketersediaan hara belum mencukupi untuk tanaman (Hardjowigeno, 2003).